Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Hasyim Muzadi yang saat ini berada di Washington, melayangkan kritik kepada Amerika Serikat yang sering mengeluarkan kebijakan tidak adil dalam menyikapi berbagai masalah di belahan dunia.Hasyim menyampaikan kritik tersebut saat menjadi pembicara dalam seminar bertajuk "Empowering the Indonesian Moderates to Combat Terorisme and Extremism" di Universitas John Hopkins, Washington DC, Jumat (8/2), demikian siaran pers PB NU yang diterima ANTARA, Sabtu.Hasyim yang juga presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) tersebut menyatakan, AS selama ini selalu ingin dimengerti tapi kurang mau mengerti terhadap orang lain. "Saya berharap agar Amerika (Serikat) siap didengarkan dunia dan siap pula mendengarkan nurani dunia," katanya seperti dikutip dalam siaran pers tersebut. Menurut Hasyim, sebenarnya jika AS mau bersikap adil, maka sebagian dari masalah yang dihadapi dunia bisa selesai. Misalnya terkait masalah Israel dan Pelestina. Hasyim juga mengkritik AS telah salah dalam menerapkan strategi pendekatan dalam memerangi ekstrimisme di dunia, sehingga ekstrimisme justru tumbuh subur di mana-mana. Dikatakannya, ekstrimisme, khususnya yang bernuansa agama, lahir karena kesalahan dalam memahami agama dan penindasan yang menimbulkan reaksi dengan menggunakan agama. "Yang paling banyak jenis yang terakhir ini," katanya. Hasyim juga mengingatkan AS soal hegemoni politik dan ekonomi yang dilakukannya. Menurutnya, hal itu menambah justru perlawanan global dan bukan tidak mungkin dalam jangka panjang akan membuat AS terisolir dari pergaulan global. Pada kesempatan itu Hasyim kembali menegaskan, selama ini NU tak bersikap anti terhadap AS, namun tidak sejalan karena berbagai kebijakan AS yang tak sama denganmisi yang dibawa NU. "NU akan mengusung Islam Rahmatan Lil Alamin tanpa pemihakan kepentingan sesaat, tapi berpihak kepada kepentingan keadilan dan kemanusiaan. NU tidak anti Amerika, namun tidak sama dan sebangun dengan Amerika. NU mempunyai kepribadian sendiri yang bertanggungjawab kepada Allah dan kemanusiaan," katanya.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008