BMKG telah mengeluarkan peringatan dini gelombang untuk semua lintasan penyeberangan di wilayah itu, dan sejauh ini jalur pelayaran untuk kapal-kapal fery masih cukup aman untuk dilalui.
Kupang (ANTARA) - Manager PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Kupang, Burhan Zahim mengatakan, gelombang tinggi yang berpeluang terjadi di wilayah perairan laut Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini, tidak mengganggu pelayaran antarpulau di wilayah itu.
"Sampai hari ini, pelayaran antarpulau masih normal. Belum ada pembatalan pelayaran karena alasan gelombang," kata Burhan Zahim di Kupang, Kamis (27/6).
Ia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan dampak gelombang tinggi di wilayah perairan laut NTT, terhadap pelayaran antarpulau di provinsi berbasis kepulauan itu.
Menurut dia, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini gelombang untuk semua lintasan penyeberangan di wilayah itu, dan sejauh ini jalur pelayaran untuk kapal-kapal fery masih cukup aman untuk dilalui.
Baca juga: Gelombang setinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di NTT
"Kami akan selalu mengikuti perkembangan cuaca di wilayah perairan laut, khususnya pada jalur pelayaran yang dilalui kapal-kapal fery," katanya.
Disamping itu, pihaknya juga sudah mengingatkan seluruh nahkoda kapal untuk tidak memaksakan kehendak untuk melanjutkan pelayaran, jika kondisi di wilayah perairan laut tidak memungkinkan, kata Burhan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kamis, (27/6) melaporkan, gelombang setinggi 4-6 meter berpotensi terjadi di sejumlah wilayah perairan laut Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam beberapa hari ke depan.
Kondisi ini dipicu oleh pola sirkulasi angin di Samudera Hindia Barat Kepulauan Mentawai dan pusat tekanan rendah 1008 hPa di Samudra Pasifik utara Papua, kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Stasiun El Tari Kupang, Ota Welly Jenni Thalo.
Dia menjelaskan, pola angin di wilayah utara ekuator umumnya bertiup dari Tenggara-Barat Daya dengan kecepatan 4-25 knot, sedangkan di wilayah selatan ekuator umumnya dari Timur–Tenggara dengan kecepatan 4-25 knot.
Kecepatan angin tertinggi, kata dia, terpantau di perairan barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, Perairan selatan Banten hingga Jawa Barat, Selat Karimata, dan Laut Arafuru.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan tinggi gelombang di sekitar wilayah tersebut, kata Ota Thalo menjelaskan.
Baca juga: Perbedaan tekanan udara Australia picu angin kencang di NTT
Baca juga: BMKG ingatkan potensi gelombang tinggi di perairan NTT
Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ridwan Chaidir
Copyright © ANTARA 2019