Semarang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan agar pers tetap memberikan kritik sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah dalam menjalankan pembangunan. "Kritik itu obat asalkan dosisnya pas. Kalau kita sakit lalu dikritik, lalu obatnya pas itu sembuh," kata presiden dalam sambutannya pada perayaan Hari Pers Nasional dan ulang tahun PWI ke-62 di Semarang, Sabtu. Namun, Presiden menambahkan bahwa kritik yang disampaikan pers haruslah pas dan sesuai dengan materi atau kebijakan yang menjadi kritik. "Kalau semua memuji, tidak ada obat berarti tidak akan sembuh. Tetapi kalau obatnya salah dosis seharusnya tiga kali sehari jadi 12 kali sehari, bisa kolaps orangnya," kata presiden yang mengenakan kemeja batik PWI berwarna biru itu. Menurut Presiden, dukungan kritis pers terhadap pemerintah juga harus diberikan pada pemerintahan-pemerintahan yang akan datang sebagai sikap untuk mendorong bangsa menjadi lebih maju. "Dukungan harus diberikan secara kritis kepada pemerintah, siapapun presidennya. Sebab pemimpin yang lalai dan keliru itu harus disadarkan dengan kritik," katanya. Dalam kesempatan itu, Presiden mengatakan kembali dukungannya terhadap kebebasan pers, namun kebebasan itu tidak bersifat absolut karena ada pagar yang harus dibangun untuk kebaikan manusia dan bangsa. "Jangan sangsikan itu. Pilihan kita adalah kebebasan pers tetapi yang bermanfaat, berahlak dan bertanggungjawab," katanya. Presiden bersama Ibu Ani Yudhoyono dalam acara itu didampingi Menkominfo Muhammad Nuh, Mendiknas Bambang Sudibyo dan Mendagri Mardiyanto. Hadir juga Gubernur Jateng Ali Mufiz, Ketua Umum PWI Tarman Azzam dan sejumlah pimpinan media massa nasional. (*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008