Jakarta (ANTARA) - Badan Urusan Logistik (Bulog) dinilai perlu untuk melakukan berbagai inovasi agar beras yang terdapat di gudang lembaga tersebut juga dapat terserap dengan baik di dalam skema Bantuan Pangan Non-Tunai (BNPT).
Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania dalam siaran pers, Kamis, mengatakan untuk mencegah penumpukan beras di gudang Bulog, Bulog harus berinovasi untuk memperbaiki kualitas stok berasnya, sehingga bisa langsung dijual atau disalurkan lewat BPNT.
Menurut Galuh Octania, beras Bulog selama ini kurang diminati oleh para penerima manfaat BPNT yang ditunjukkan antara lain oleh berkurangnya penyaluran beras Bulog karena pemilik e-warong lebih mengutamakan untuk menyetok beras dari non-Bulog, karena jenis beras non-Bulog lah yang lebih banyak mendulang permintaan.
Apalagi, ia mengingatkan bahwa kini dengan adanya program BPNT, peran Bulog dalam penyaluran beras semakin jauh berkurang karena suplai beras dapat juga diperoleh dari distributor lainnya seperti dari pihak swasta.
Untuk itu, ujar dia, penting bagi Bulog untuk meningkatkan daya tarik produknya agar diminati oleh masyarakat, terutama kepada kalangan masyarakat yang menjadi para penerima BPNT.
Lebih jauh lagi, lanjutnya, pemerintah sebaiknya memberikan fleksibilitas kepada Bulog dalam menyerap beras, salah satunya dengan mempertimbangkan evaluasi HPP yang penerapaannya sudah tidak efektif.
Galuh menambahkan skema BPNT memberikan keuntungan bagi masyarakat untuk dapat memilih barang kebutuhan pokok yang lebih berkualitas, semisal saja dengan memilih beras kulitas premium dibandingkan kualitas biasa.
Program penyaluran BPNT juga dinilai lebih memudahkan kontrol dan mengurangi penyimpangan dan berkontribusi pula pada peningkatan inklusi keuangan karena penyalurannya dilakukan lewat transaksi perbankan melalui bank-bank milik negara.
Baca juga: Legislator apresiasi Bulog salurkan bantuan beras sejahtera
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019