Semarang (ANTARA) - Pemerintah tetap menjaga profitablitas atau tingkat keuntungan para operator telepon seluler meskipun tarifnya turun antara 5-40 persen, kata Menteri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) Mohammad Nuh. "Memang ada pertanyaan bagaimana mereka bisa untung, harga turun tetapi profitnya tetap atau bahkan cenderung naik," kata Menkominfo kepada wartawan di Semarang, Jumat malam. Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yang pertama bahwa biaya investasi sambungan telepon itu turun karena teknologi. Kalau dulu satu SST (satu sambungan telepon) itu bisa mencapai 100 dollar AS tetapi sekarang hanya 10 hingga 15 dollar AS. "Karena investasi turun maka kontribusi untuk operasi akan kecil," katanya. Yang kedua, kata dia, jumlah pelanggan yang belum digarap masih terbuka. Sekarang pelanggan telepon bergerak (mobile) sekitar 90 juta sehingga masih terbuka bagi pelanggan baru, padahal mereka sudah investasi. "Kalau dia sudah pasang BTS di sini dan sekarang yang pakai itu 1.000, tentu kalau ada yang pakai baru lagi menjadi 2.000, hitung-hitungannya sudah berbeda. Dengan 1.000 saja sudah untung maka dengan naik menjadi 2.000 tentunya akan ada kompensasi," katanya. Kemudian, kata dia, karena rata-rata pembicaraan di telepon relatif masih kecil sekitar lima menitan dan itu masih bisa dinaikkan lagi menjadi tujuh menit. "Dan itu dimungkinkan orang telepon dari lima menit menjadi tujuh menit. Kalau tadinya Rp100 menjadi Rp70 maka ia mau berbicara agak lama. Kalau dulu mereka akan bilang sebentar-sebentar ini bayarnya mahal, tetapi sekarang ini mereka akan bilang nggak apa-apa soalnya murah," katanya. Pertengahan Februari atau paling lambat akhir Febuari 2008, pihaknya akan mengeluarkan kebijakan baru tentang menara (BTS) bersama karena selama ini menara ini menjadi persoalan tersendiri bagi para operator, di samping ada kesulitan bagi mereka untuk mendapatkan lahan bagi pendirian towernya. Menara bersama ini juga merupakan investasi. Kalau satu tower ini bisa dipakai bersama-sama oleh beberapa operator maka investasinya akan lebih rendah. "Biaya investasi berkurang, jumlah pelanggan terbuka, lama pembicaraan bisa dinaikan, harga investasi untuk sambungan telepon sendiri turun maka memungkinkan harga itu turun," katanya. Apa ada pembatasan terhadap operator, dia mengatakan, sampai kini belum tetapi para calon investor akan menghitung sendiri, apakah dengan 12 operator sekarang ini sudah layak atau masih terbuka atau kompetisinya ketat, mereka bisa menghitung sendiri. "Untuk sementara ini masih terbuka, silakan saja siapa saja boleh masuk. Tetapi punya konsekuensi sendiri, tentu dengan bisnis yang kompetisinya sangat tinggi dan ini bisa dilihat dari promosi iklan yang sangat ketat. Kita ingin dengan turunnya tarif itu manfaat terbesar ada di masyarakat tanpa menurunkan tingkat keuntungan operator," katanya. Ketika ditanya soal telepon pedesaan yang namanya USO (Universal Service Obligation), dia mengatakan, memang beberapa waktu lalu sudah dilakukan tender dan panitia memutuskan tidak ada peserta yang memenuhi syarat. Konsekuensi dari putusan tersebut, menurut dia, ada salah satu peserta yang tidak terima sehingga mengajukan ke PTUN. "Kita tetap terbuka dan kita pun harus patuhi peraturan perundangan. Kita berikan kesempatan mereka untuk menggunakan haknya mengajukan haknya maju ke PTUN," katanya. Melalui ini, kata dia, pihaknya juga ingin menguji kebenaran dari putusan panitia lelang mana yang lebih sahih. "Intinya dalam persyaratan tender USO ini ada dua variabel penting, yaitu harga dan teknis, dua-duanya harus dipenuhi. Meskipun harga jauh sekali tetapi secara teknis tidak sesuai tentunya tidak bisa terima, begitu pula sebaliknya," katanya. Dari tender beberapa waktu lalu, kata dia, harga memang bagus tetapi secara teknis tidak sesuai dengan persyaratan. "Tender ulang akan dilakukan sekitar bulan Maret 2008," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008