pentingnya mengikuti kemajuan teknologi dan ekonomi digital untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kawasan di Revolusi Industri Keempat
Nusa Dua (ANTARA) - Indonesia berkomitmen menyatukan kemitraan ekonomi melalui pendekatan strategis dalam ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang memiliki cetak biru mengedepankan kerja sama, pendekatan bersama, dan transfer teknologi di antara negara anggotanya.
"Kami sadari ekonomi global dalam persilangan penting, dengan peningkatan ketidakpastian dan tantangan. Dalam hal ini kita menguatkan komitmen untuk menyatukan kemitraan ekonomi," ujar Sekjen Kemenristekdikti, Ainun Naim, saat membuka ASEAN COSTI ke-76 di Bali, Rabu.
Kemenristekdikti mengadakan pertemuan ke-76 Komite Sains, Teknologi dan Inovasi (COSTI-76). Selain itu yang harus digarisbawahi adalah perlunya pendekatan yang lebih holistik untuk mempersiapkan ASEAN menghadapi tantangan yang dibawa oleh Revolusi Industri 4.0.
"Kami mengakui pentingnya mengikuti kemajuan teknologi dan ekonomi digital untuk kepentingan pertumbuhan dan perkembangan kawasan di Revolusi Industri Keempat ini," tambah Ainun.
Kemenristekdikti melihat masih ada pekerjaan yang perlu dijalankan pada pengembangan ASEAN Digital Integration Framework Action Plan (DIFAP) 2015-2025, ASEAN Innovation Roadmap 2019-2025, ASEAN Declaration on Industrial Transformation to Industry 4.0 serta pedoman Pengembangan Tenaga Kerja Terampil atau Pengembangan Layanan Profesional sebagai Respons terhadap Revolusi Industri Keempat, dan inisiatif terkait dengan digitalisasi usaha kecil menengah di ASEAN.
Sebagai tuan rumah, kata Ainun, Indonesia akan menginisiasi dan responsif terhadap tantangan Revolusi Industri 4.0 serta output dari acara itu juga adalah untuk mengevaluasi kegiatan yang sudah ada dan memberikan rekomendasi-rekomendasi yang ada di subkomite-komite.
Pada kesempatan yang sama Ketua ASEAN COSTI Rowena Cristina L Guevara menyampaikan bahwa pihaknya menyadari kebutuhan akan ASEAN yang mampu memaksimalkan kesempatan dari Revolusi Industri 4.0 dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi regional sekaligus membuat ekonomi yang terbuka dan berbasis modal.
"Ketika kita berbicara tentang revolusi, terkadang konotasinya negatif, tapi dalam hal ini, revolusi bermakna positif. Revolusi Industri 4.0 mendukung banyak teknologi seperti yang kita ketahui tentang internet of things, ekonomi digital, automasi robotik, artificial inteligence, namun beberapa orang takut akan revolusi industri 4.0, karena dalam laporan International Labour Organization menyebutkan kita akan kehilangan 49 persen tenaga kerja di bidang manufaktur yang digantikan oleh robot dan automasi," tutur Rowena.
Menurut Rowena yang harus dilakukan adalah mengkomunikasikan sains, teknologi, dan inovasi. "Sebagai COSTI kita harus memastikan seluruh Komunitas (Ekonomi ASEAN) untuk mengetahui bahwa sains, teknologi, dan inovasi adalah kunci Revolusi Industri Keempat," kkatkatanya.
Selain itu Rowena percaya bahwa di acara itu ASEAN memiliki ilmuwan, peneliti, dan insinyur yang paham tentang teknologi Revolusi Industri Keempat, namun masih belum bekerja sama.
Rowena menganggap bahwa media merupakan salah satu alat yang sangat penting untuk mengkomunikasikan iptek dan inovasi kepada masyarakat. Selain itu dia juga mengatakan bahwa masyarakat di ASEAN harus pandai dan pintar menguasai iptek dan inovasi.
"Di ASEAN, kita merupakan generasi muda, tetapi kita sebenarnya justru beruntung karena menjadi generasi muda dari pertumbuhan ekonomi ini dan kita bisa belajar dari negara lain yang lebih maju untuk mengembangkannya," ujar Rowena.
Rowena menambahkan pihaknya sangat membutuhkan media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil dari komite Iptek dan inovasi di ASEAN, supaya masyarakat di luar ASEAN seluruh dunia tahu bahwa kita telah bekerja dengan baik untuk mengembangkan negara masing-masing.
Baca juga: Kementerian angkat perkembangan iptek Indonesia ke tingkat ASEAN
Baca juga: Kemenristekdikti: ASEAN harus ambil peran dalam revolusi industri 4.0
Baca juga: Kemenristekdikti dorong kemitraan swasta dalam program inovasi ASEAN
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019