Jakarta (ANTARA News) - Perundingan kerja sama perdagangan bebas (FTA) antara ASEAN dan Uni Eropa (UE) diperkirakan berjalan alot mengingat negosiasi tersebut akan menjadi yang pertama antara regional. "Dua pihak berpendapat ini akan jadi perundingan yang sangat alot," ujar Direktur Kerjasama Regional, Imam Pambagyo, di Jakarta, Jumat. Salah satu sebabnya adalah posisi dua entitas yang berunding itu tidak sama. UE berunding sebagai satu entitas yang jelas yang memiliki satu prosedur kepabeanan dan merupakan pasar bersama, sementara ASEAN tidak. "ASEAN masih punya kepentingan berbeda, jadi kita lebih banyak dengar apa maunya UE. Saat ini, belum masuk perundingan tapi pertukaran pandangan saja," ujarnya. UE memiliki 27 negara anggota dengan berbagai kepentingan meski akan satu suara dalam perundingan. ASEAN yang beranggotakan 10 negara juga harus menyatukan suara sebelum berunding. Untuk itu, ASEAN dan UE sepakat menyusun "position paper" dan ditukarkan pada pertemuan di Bangkok bulan April nanti. "Setelah dapat `position paper`nya UE mungkin kita bisa lebih mudah melanjutkan (pembicaraan)," tambahnya. Pada pertemuan ketiga antara ASEAN dan UE di Brussel, Belgia, 28 Januari lalu, lanjut Imam, dua pihak membahas secara umum manfaat jangka panjang yang dapat diperoleh dua pihak dan disepakati bahwa harus ada upaya UE untuk membantu ASEAN dalam beberapa hal terutama modernisasi sistem pabean. "Belum ada yang riil karena baru pertemuan ketiga, sementara (negosiasi) yang lain sudah pertemuan ke-30. Ini masih pendekatan istilahnya," jelas Imam. Imam mengatakan dalam konsultasi informal di Singapura ditargetkan penyelesaian perundingan dalam dua tahun ke depan, namun melihat pengalaman negosiasi ASEAN Australia dan Selandia Baru yang telah lebih dari dua tahun tidak rampung, diperkirakan perundingan ASEAN-UE akan lebih lama lagi prosesnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008