"Saya kira akan memberikan sentimen positif bagi kegiatan investasi di Indonesia, terutama investasi migas. Harapannya sentimen positif akan memberikan pengaruh positif pada proyek strategis migas salah satunya proyek IDD (Indonesian Deepwater Development)," kata Komaidi Notonegoro dalam siaran persnya yang diterima di Jakarta, Rabu.
Menurut Komaidi, perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Masela hingga 2055 oleh pemerintah sudah tepat. Hal itu, ujar dia, adalah untuk memberikan ruang keuntungan bagi KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama).
Dengan babak baru pembahasan pengembangan LNG Abadi Blok Masela, lanjutnya, pemerintah telah menempatkan diri sebagai fasilitator bisnis dengan investor global.
Ia berpendapat bahwa pemerintah saat ini sudah belajar banyak, bahwa penundaan keputusan berdampak pada tambahan investasi yang mendorong biaya proyek semakin mahal.
"Jika pemerintah dapat tepat waktu, pada dasarnya sudah merupakan insentif tersendiri. Lebih baik tepat waktu dibandingkan harus memberikan insentif yang hanya untuk mengompensasi keterlambatan pengambilan keputusan," tegas Komaidi.
Keberlanjutan dalam pembahasan POD LNG Abadi Blok Masela ini membuka peluang dan mata para investor global mengenai kesempatan investor global untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi migas di Tanah Air, dengan banyaknya potensi cekungan yang dapat ditelusuri lebih dalam.
Saat ini, SKK Migas mempromosikan setidaknya 10 wilayah yang berpotensi memiliki cadangan cukup besar atau giant discovery.
Sepuluh area potensial itu berlokasi di Sumatera Utara (Mesozoic Play), Sumatera Tengah (Basin Center), Sumatera Selatan (Fractured Basement Play), Offshore Tarakan, NE Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua (Plio-Pleistocene & Miocene Sandtone Play), Bird Body Papua (Jurassic Sandstone Play), dan Warim Papua.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Inpex Corporation sudah menandatangani "Head of Agreement" (HOA) pengembangan lapangan hulu migas Masela di di Kepulauan Tanimbar, Maluku.
HOA ditandatangani antara Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dan President Direktur Inpex Indonesia Shunichiro Sugaya, disaksikan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Hiroshige Seko, dan CEO dan Presiden Direktur Inpex Corporation Takayuki Ueda,
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan penandatanganan HOA menjadi titik penting bagi investasi hulu migas di Indonesia, khususnya di laut dalam Indonesia bagian timur.
Dengan pengembangan lapangan Masela, kata dia, diharapkan akan segera masuk investasi luar negeri yang besar, dan dapat memberikan pengaruh positif bagi investasi aaing langsung (Foreign Direct Investment) di Indonesia, serta terciptanya efek berantai bagi industri pendukung dan turunan di dalam negeri dalam rangka mendukung perekonomian nasional.
"Ke depannya di harapkan iklim investasi di Indonesia akan semakin baik dan semakin kompetitif," kata Dwi.
Pengembangan hulu migas di Masela, lanjut dia, diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan produksi gas bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (mtpa) per tahun atau sekitar 9.5 juta ton LNG per tahun dan 150 mmscfd gas pipa, dengan target onstream pada tahun 2027.
Baca juga: SKK Migas dan Inpex tandatangani "Head of Agreement" Blok Masela
Baca juga: IRR INPEX Masela tunggu keputusan akhir investasi
Baca juga: Pemerintah percepat dokumen POD Blok Masela
Baca juga: Pemerintah-Inpex sepakati kembangkan Blok Masela
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019