Jakarta (ANTARA News) - UNICEF, badan PBB yang bergerak di bidang pendidikan dan anak-anak, mengkhawatirkan keputusan pemerintah mencabut pelaksanaan fortifikasi tepung terigu dapat berdampak pada pemenuhan gizi pada anak-anak. UNICEF dalam siaran pers hari Jumat menyebutkan, terdapat risiko kekurangan nutrisi mikro pada anak-anak jika fortifikasi tepung terigu dengan penambahan zat besi, folic acid, riboflavin, thiamine dan zinc ditunda pelaksanaannya. Di Indonesia, anak-anak dan perempuan usia produktif menghadapi risiko tinggi dalam pengembangan ketahanan nutrisi mikro yang dapat membuat mereka menjadi rentan terhadap penyakit, kemampuan belajarnya menurun dan produktivitasnya berkurang. Suatu penelitian menunjukkan bukti bahwa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi adalah melalui fortifikasi, yaitu penambahan zat-zat nutrisi dalam tepung. Pada Januari lalu, Menteri Perindustrian Indonesia mencabut peraturan tahun 2001 tentang fortifikasi tepung terigu yang diperdagangkan di Indonesia, dengan tujuan menurunkan harga jual tepung dan membuka impor tepung tanpa fortifikasi. Namun biaya fortifikasi sebenarnya relatif kecil dibandingkan dengan keuntungan dalam melindungi konsumen Indonesia dari produk impor tanpa fortifikasi, dalam memerangi kekurangan gizi. Tepung terigu memainkan peran penting dalam pola makan orang Indonesia, dengan naiknya konsumsi per kapita dari 15/kg menjadi 30/kg dalam sepuluh tahun ini. Tepung terigu di Indonesia diperoleh melalui impor kemudian diolah dalam pabrik tepung yang jumlahnya terbatas yang seluruhnya telah dilengkapi dengan alat untuk mencampurkan nutrisi mikro untuk menghasilkan tepung terigu berfortifikasi. Program tepung berfortifikasi di Indonesia berawal pada dasawarsa 1980-an dan UNICEF sejak awal telah terlibat dalam beberapa program bantuan terkait dengan fotifikasi tepung terigu itu. Indonesia dikenal memelopori fortifikasi tepung terigu yang kemudian diikuti oleh beberapa negara, yaitu China, Vietnam, Uni Emirat Arab dan Iran. Saat ini tercatat lebih dari 50 negara menggunakan tepung terigu berfortifikasi. (*)
Copyright © ANTARA 2008