Kayan, Kelay, dan Tabang adalah nama-nama sungai yang akan dibendung untuk mendapatkan potensi tenaga untuk memutar turbin pembangkit listrik.
“Kapasitasnya sekitar 300-400 Mega Watt (MW). Itu ada di RUPTL PLN Kaltimra,” kata Direktur Bisnis Regional Kalimantan PLN, Machnizon, Rabu.
Listrik dari pembangkit-pembangkit itu dijadwalkan masuk sistem distribusi pada 2025.
Di seluruh Kalimantan, baru ada satu PLTA skala besar yang beroperasi, yaitu di Riam Kanan, di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. PLTA Ir Pangeran Mohammad Noor yang membendung Sungai Riam Kanan di Aranio memproduksi listrik sebesar 30 MW. Pembangkit ini dibangun dari dana pampasan perang Jepang dan diresmikan beroperasi pada tahun 1973 oleh Presiden Soeharto.
Machnizon juga memastikan bahwa pengadaan listrik ini bukan menyasar rumah tangga sebagai pasar utama, melainkan industri. Saat ini dengan jumlah penduduk Kaltara yang baru berkisar 650 ribu jiwa, dan tinggal terpisah-pisah di kampung-kampung yang jauh, Kaltara memang bukan pasar potensial listrik rumah tangga. PLN melayaninya dengan menyebar banyak pembangkit tenaga diesel.
Industri yang akan berkembang di Kalimantan Utara selain perkebunan kelapa sawit, pengolahan logam, industri perikanan, termasuk juga perkembangan kota-kota.
“Berikutnya, PLTA ini juga untuk mendukung interkoneksi Kalimantan,” lanjut Machnizon. Saat ini juga 2 sistem distribusi besar Kalimantan, yaitu Sektor Barito yang melistriki Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, dan Sektor Mahakam yang memberi energi Kalimantan Timur, sudah bergabung dalam interkoneksi tersebut dengan daya gabungan mencapai 1.200 MW.
PLN juga berencana memasukkan Kalimantan Barat sehingga seluruh Kalimantan terkoneksi.
Peluang dan dampak dari pembangunan PLTA tersebut adalah kemungkinan penjualan kelebihan pasokan listrik ke Malaysia.
Baca juga: Kaltim kirim mahasiswa ke Rusia belajar nuklir
Baca juga: PLN Kaltim-Kaltara siagakan ratusan personel hadapi Pemilu dan UNBK
Pewarta: Novi Abdi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019