Benoa (ANTARA News) - Laboratorium Forensik (Labfor) Polri Cabang Denpasar tengah meneliti sebaran gas karbon monooksida (CO) yang diduga bocor di lingkungan pabrik pengolahan ikan PT Super Tuna Saku (STS) Bali di Benoa, Denpasar."Sebaran gas yang telah meracuni belasan karyawan di lingkungan perusahaan itu, kini masih dalam penelitian tim Labfor untuk dapat mengungkap penyebabnya," kata Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol AS Reniban, di Denpasar, Jumat.Ia mengungkapkan, melalui penelitian tersebut diharapkan dapat terungkap mengenai penyebab tersebarnya gas CO, apakah dari tabungnya ada yang bocor atau hal lain. Di samping itu, lewat penelitian itu juga dimaksudkan untuk dapat mengungkap tentang besarnya konsentrasi gas yang sempat tersebar hingga menyebabkan banyak orang keracunan, ucapnya. Kabid Humas mengatakan, bila dalam kejadian tersebut nantinya tercium ada unsur sabotase atau kelalaian, tentu akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Sebanyak 19 karyawan PT STS Bali yang tengah bekerja pada Kamis (7/2) lalu, tiba-tiba jatuh pingsan dan lemas, sehingga harus dilarikan ke Rumah Sakit terdekat di Denpasar. Karyawan yang terdiri atas 17 wanita dan dua pria tersebut, hingga kini masih harus dirawat intensif pada rumah sakit itu. Polisi yang melakukan penyelidikan, menduga bahwa para karyawan tersebut jatuh pingsan dan terkulai lemas setelah menghirup gas CO yang diduga bocor di lingkungan pabrik. Menurut petugas, gas CO di lingkungan pabrik pengolah ikan tuna itu dimanfaatkan untuk memberi zat pewarna pada ikan dengan cara disuntikkan. Para karyawan yang jatuh pingsan, adalah mereka yang bekerja pada bagian prosesing dari perusahaan tersebut. Dr Dony Susanto, pada RS itu mengatakan, ini merupakan kejadian yang luar biasa, di mana para pasien mengalami gejala yang sama yakni sakit kepala, mual dan muntah-muntah. "Setelah dilakukan observasi medis, para pasien diketahui keracunan gas CO yang cukup berbahaya," ucapnya. Dony menyatakan cukup bersyukur mereka segera mendapat penanganan dan perawatan. "Sebab kalau lama dibiarkan pingsan, serangan gas CO dapat menganggu saraf otak. Ini sangat membahayakan," ucapnya menjelaskan. Ni Luh Sayani (27), seorang korban keracunan gas CO menuturkan, mulai jam kerja tidak ada tanda-tanda bau yang mencurigakan. Namun tiba-tiba dirinya sadar dan membuka mata setelah berada di RS. "Saya baru sadar diri setelah berada di rumah sakit. Memang pada jam kerja tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan akan terkena musibah seperti ini," ujarnya mengeluh.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008