Batam (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar hampir pasti akan kembali mengusung duet Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Jusuf Kalla (JK) sebagai calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2009, kata Ketua DPP Partai Golkar Muladi. Dukungan itu, tidak sekedar dukungan emosional tetapi realistis. Coba tanyakan ke semua tokoh Golkar, pasti mendukung SBY-JK tahun depan," katanya dalam silaturahmi Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla dengan fungsionaris DPD Partai Golkar Kepulauan Riau, di Batam, Kamis malam. Ia mengatakan dukungan terhadap duet SBY-JK tidak terkait perolehan suara Golkar dalam pemilihan legislatif 2009. "Meski Golkar keluar sebagai pemenang dan berhasil menambah suara menjadi 30 persen, dukungan terhadap pasangan ini akan tetap menguat," katanya. Diakuinya jika Golkar menang dalam pemilu legislatif sangat mungkin ada kader partai yang ingin mengajukan calon dari dalam partai sebagai presiden. "Tetapi, saya kira itu hanya emosional saja tidak berdasarkan pertimbangan logis realistis," ujar Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional ini. Meski begitu, tambah dia, dukungan Golkar terhadap pasangan SBY-JK tetap akan menunggu hasil survei popularitas calon presiden tiga bulan menjelang pemilu 2009. Keputusan resmi mengenai calon presiden dan wakil presiden juga akan ditentukan dalam rapat kerja nasional khusus Partai Golkar tiga bulan menjelang pemilu presiden 2009. Namun Muladi yakin, meski popularitas SBY terus menurun dari 80 persen menjadi 50 persen, elektibilitas SBY akan tetap tinggi dibanding calon presiden lainnya. "Dengan begitu, hampir pasti Golkar akan mengusung SBY sebagai calon presiden di pemilu 2009," ujarnya. Sementara, tentang kemungkinan hasil survei menurun, ia mengatakan, "JK terbiasa berpikir logis, tidak mungkin memaksakan diri maju sebagai calon presiden kalau hasil surveinya jeblok. Itu hanya membuang energi, membuang uang." Yang jelas, tambah Muladi, Kalla tidak akan maju sendiri dalam Pemilu 2009 meski Golkar menang di pemilu legislatif 2009. Apalagi aspek primordial Jawa dan luar Jawa saat ini masih dominan dalam kelayakan untuk dipilih sebagai calon presiden. "Pemilih belum siap memilih calon dari luar Jawa. Kita lihat saja Pilkada Sulawesi Selatan dan Kalimantan Barat. Isu primordial masih sangat mendominasi pemilihan dalam skala kecil, apalagi dalam skala nasional. Dibutuhkan dua pemilu lagi untuk menetralisir isu primordial," ujar Muladi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008