Kondisi pasar properti tidak bisa dipisahkan dengan kondisi ekonomiJakarta (ANTARA) - Investasi sektor properti diperkirakan bakal terdampak perang dagang antara Amerika Serikat-China karena ketegangan dagang tersebut memengaruhi pertumbuhan global dan perdagangan antarnegara.
"Kondisi pasar properti tidak bisa dipisahkan dengan kondisi ekonomi karena sebagai sektor bisnis pasti terkait dengan pergerakan fundamental ekonomi," kata Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus dalam paparan properti kepada media di Jakarta, Rabu.
Apalagi, ujarnya, situasi perekonomian global masih berkutat terhadap pemulihan global yang dibayang oleh kondisi perang dagang antara AS dan RRC.
Menurut dia, dampak dari kondisi tersebut memiliki efek yang sedemikian besar terhadap aktivitas perekonomian dunia.
"Secara global hal ini akan membayangi perekonomian dunia akibat dari recovery (pemulihan) yang masih melambat," ucapnya.
Untuk Indonesia, lembaga FocusEconomics memprediksi pertumbuhan Indonesia akan tumbuh 5,2 persen pada tahun 2019, sedangkan target pemerintah pada 2019 adalah sekitar 5,3 persen.
Indonesia, lanjutnya, juga mendapatkan kenaikan peringkat investasi dari Moody dan S&P sehingga hal tersebut juga memberikan gambaran perekonomian nasional yang cukup positif dan optimistis.
Anton juga mengingatkan bahwa beberapa waktu ke depan akan ada KTT G-20 yang juga dijadwalkan adanya rencana pertemuan antara AS dan China yang juga akan membahas mengenai kondisi perdagangan.
Ia berpendapat bahwa dengan adanya pemberitaan positif akan kemungkinan hasil pembicaraan antara AS dan China pada KTT G-20, maka bila tensi perang dagang mereda akan membuat kondusif perekonomian nasional termasuk sektor properti.
"Kalau skenario ini berlangsung dengan baik, kita yakin sektor properti akan rebound cukup kencang di tahun-tahun ke depan," ujarnya.
Sebelumnya, Perwakilan Bank Dunia di Indonesia Rodrigo A Chaves menyarankan agar pemerintah Indonesia mewaspadai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang diibaratkan sebagai "awan hitam yang menggelayut".
"Kami rasa pemerintah perlu memperhatikan dengan seksama apa yang sedang terjadi di ekonomi global saat ini. Ada awan hitam yang menggelayut karena perang dagang. Semoga saja negosiasi antara dua negara kuat (AS-China) segera terjadi agar perang dagang tak berdampak semakin buruk untuk semua pihak," kata Rodrigo Chaves di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (25/6).
Rodrigo beserta tim dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bertemu dengan Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan sejumlah pejabat terkait lainnya.
Namun Rodrigo mengaku bahwa Bank Dunia tidak punya nasihat khusus untuk Pemerintah Indonesia dalam menyikapi perang dagang tersebut.
Baca juga: Pengembang properti optimistis daya beli masyarakat kian meningkat
Baca juga: Investasi properti semakin bergairah usai pengumuman hasil Pemilu
Baca juga: Rumah impian versi Ringgo Agus dan Sabai
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2019