Di usia senja, dia harus memikul beban hidup lain yang sangat berat. Karena dua anaknya mengalami gangguan kesehatan jiwa

Banda Aceh (ANTARA) - Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh menggalang dana bantuan sebagai tekad membantu Salamiah (62), tukang sapu salah satu masjid di Aceh Utara, Provinsi Aceh, yang menginginkan kesembuhan kedua anak kandungnya, dan sekaligus terbebas dari himpitan perekonomian keluarga.

Staf Program ACT Aceh, Laila Khalidah di Banda Aceh, Selasa, mengatakan, Salamiah merupakan petugas kebersihan di Masjid Bujang Salim, Krueng Geukueh, Aceh Utara.

Ia menjelaskan bahwa perempuan renta kelahiran Keude Krueng Geukueh, Aceh Utara pada 1 Juli 1957 itu telah melakoni pekerjaan tersebut 20 tahun lalu demi tuntutan ekonomi keluarga yang dipikul sendirian.

Sebab, sang suami Amiruddin (65) telah lama sering sakit-sakitan, dan tidak sanggup lagi mencari nafkah. "Salamiah ini mendapat penghasilan Rp600 ribu per bulan untuk menghidupi keluarganya," kata Laila Khalidah.

"Di usia senja, dia harus memikul beban hidup lain yang sangat berat. Karena dua anaknya mengalami gangguan kesehatan jiwa, yakni Suhendrik (31) dan Putra Andika (23) tinggal bersama Salamiah dan suami," katanya.

ACT membuka peluang bagi siapapun yang bersedia membantu Salamiah. Dermawan dapat menyalurkan donasinya melalui BNI Syariah 66 00011 008, Bank Aceh Syariah 010 0193 000 9205, dan Bank Syariah Mandiri 7089 7860 23 atau menghubungi ACT Aceh melalui "WhatsApp" di nomor 0813-80007536, dengan nomor telepon 0651-7315352.

"Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk membantu Bu Salamiah mengobati kedua anaknya, dan pemberdayaan ekonomi keluarga," ucap Laila.

Salamiah mengatakan, selain kedua putranya mengalami gangguang kesehatan jiwa, dirinya pernah memiliki tiga orang anak lainnya. Tetapi meninggal dunia sewaktu masih bayi, selebihnya sudah berkeluarga dan menetap di tempat lain.

"Anak saya (putra) sakit, karena kecelakaan. Kepalanya terbentur keras, sehingga mengalami kerusakan saraf. Suhendrik sakit disebabkan trauma pada masa konflik Aceh," ujarnya.

Ia mengaku, sudah pernah membawa Suhendrik berobat 10 kali, tapi dipulangkan kembali. Kondisi kejiwaan yang tidak stabil, mengakibatkan Suhendrik suka mengamuk sewaktu-waktu.

Belum lagi persoalan lahan tanah tempat rumah berdiri sekarang yang diklaim milik salah satu perusahaan negara.

"Perusahaan sudah beberapa kali menyurati kami, agar pindah dari lahan yang sudah ditempati 35 tahun. Apa daya bagi kami. Dapat memenuhi kebutuhan makan keluarganya saja, kami sangat bersyukur kepada Allah. Bagaimana kami mau cari tempat lain," demikian Salamiah.

Baca juga: ACT Aceh tebar kebaikan lewat iftar bagi mereka kurang mampu

Baca juga: ACT galang donasi siswa berprestasi alami sakit jantung di Bireuen


Baca juga: ACT Aceh galang dana bantu Pianto yang mengalami gizi buruk

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019