Ada awan hitam yang menggelayut karena perang dagang

Jakarta (ANTARA) - Perwakilan Bank Dunia (World Bank) di Indonesia Rodrigo A Chaves menyarankan agar pemerintah Indonesia mewaspadai perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang diibaratkan sebagai "awan hitam yang menggelayut".

"Kami rasa pemerintah perlu memperhatikan dengan seksama apa yang sedang terjadi di ekonomi global saat ini. Ada awan hitam yang menggelayut karena perang dagang. Semoga saja negosiasi antara dua negara kuat (AS-China) segera terjadi agar perang dagang tak berdampak semakin buruk untuk semua pihak," kata Rodrigo di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin.

Rodrigo A Chaves beserta tim dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan sejumlah pejabat terkait lainnya.

Namun Rodrigo mengaku bahwa Bank Dunia tidak punya nasihat khusus untuk Pemerintah Indonesia dalam menyikapi perang dagang tersebut.

"Kami masih perlu menunggu dan melihat dalam waktu ke depan untuk memastikan sejumlah hal," ungkap Rodrigo

Dalam pertemuan itu Rodrigo mengatakan juga melaporkan sejumlah program Bank Dunia di Indonesia kepada Presiden Joko Widodo.

"Kita hanya melaporkan program kerja Bank Dunia di Indonesia selama satu tahun terakhir," tambah Rodrigo.

Program tersebut termasuk pinjaman yang sudah diberikan kepada Pemerintah Indonesia selama satu tahun terakhir.

"Kami hanya melaporkan apa yang telah kami lakukan selama tahun fiskal kemarin, pinjaman yg kami kucurkan. Perbincangan yang kami miliki sangat informal," ungkap Rodrigo.

Pada 2018 lalu Bank Dunia tercatat memberikan pinjaman sebesar 150 juta dolar AS atau sekitar Rp 2,1 triliun (kurs Rp14.000) untuk program Indonesian Supporting Primary Health Care Reform (I-SPHERE) yang bertujuan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Pemerintah Indonesia yaitu Program Indonesia Sehat.

Program ini akan berfokus kepada tiga provinsi tertinggal di Indonesia Timur: Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua, yang saat ini sedang menghadapi tantangan dalam ketidakmerataan pada hasil upaya kesehatan dan akses terhadap pelayanan kesehatan primer yang bermutu, khususnya angka kematian anak berusia di bawah lima tahun, malnutrisi kronis, dan stunting.

Baca juga: Akademisi China sebut Indonesia bisa jadi korban perang dagang AS

Baca juga: AS-China nyalakan kembali pembicaraan perdagangan jelang pertemuan G20

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019