Medan (ANTARA News) - Buku Nabi Palsu yang sempat meresahkan warga dan beredar di Bandung hingga kini belum masuk ke wilayah Sumatera Utara. "Sampai saat ini belum ada laporan yang diterima bahwa buku itu ada di Sumut," kata Ketua MUI Sumut, Prof Dr Abdullah Syah, MA ketika dihubungi ANTARA News di Medan, Rabu. Kota Bandung dihebohkan dengan beredarnya dua buku Nabi Palsu, dimana pengarang buku itu bernama Muhamad Sayuti atau Ahmad Sayuti mengaku sebagai nabi terakhir. Kedua buku yang sempat meresahkan masyarakat itu berjudul: "Kelalaian Pemuka Agama Dalam Memahami Kitab Peninggalan Nabi-nabi Rasul Allah (Taurat, Injil dan Al Quran) dengan Segala Akibatnya". Sedangkan buku kedua berjudul "Mungkinkah Tuhan Murka". Dalam buku tersebut Sayuti mengatakan Al Quran turun pada tahun 1993, saat itu dirinya mendapatkan wahyu. Abdullah Syah yang juga Guru Besar IAIN Sumut menambahkan, buku yang beredar di Bandung itu harus secepatnya ditertibkan, bila perlu dimusnahkan. "Buku tersebut dapat membingungkan umat. Untuk itu MUI Pusat agar secepatnya menariknya dari peredaran, jangan terus dibiarkan hingga meluas di masyarakat," katanya. Selanjutnya ia menjelaskan, pihak berwajib diharapkan dapat mengusut buku itu, termasuk pengarang dan penerbitannya. "Pengarang buku itu dianggap nekad dan berani mengaku dirinya sebagai Nabi. Kasus ini sama seperti kasus Ahmad Mosadeq yang juga mengaku dirinya Rasul," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008