Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antarbank Jakarta pada sesi transaksi Rabu sore melemah menjadi hampir Rp9.250 per dolar AS, karena pelaku pasar melepas mata uang lokal dan memfokuskan perhatian pada pertemuan Bank sentral AS (The Fed) pada akhir pekan ini. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.241/9.245 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.210/9.227 atau turun 31 poin. Analis valuta asing PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa tekanan pasar terhadap rupiah agak berkurang, bahkan rupiah sempat berada di posisi Rp9.231 per dolar AS, meski kemudian kembali melemah. "Aksi lepas rupiah oleh pelaku pasar, karena pelaku menunggu keputusan Bank Indonesia (BI) tentang BI Rate," katanya. Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Rabu ini memutuskan tidak mengubah suku bunga BI Rate. BI mempertahankan BI rate tetap berada pada level 8,0 persen, karena laju inflasi Januari 2008 yang tinggi yaitu mencapai 1,77 persen bulan per bulan. "Karena itu dengan stabilnya tingkat suku bunga acuan itu, maka diperkirakan minat pelaku asing menginvestasikan dananya ke pasar domestik akan semakin tinggi," katanya. Nilai tukar Rupiah, lanjut Rully Nova, berpeluang untuk menguat lagi bahkan bisa menembus level Rp9.100 per dolar AS, karena didukung berbagai faktor positif baik internal maupun eksternal. "Kami optimis rupiah akan bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS bahkan bisa berada dibawah level tersebut, karena dukungan yang besar masih menyelimutinya," ucapnya. Menurut dia, pemerintah juga harus menjaga agar dana asing itu tidak semua masuk ke Sertifikat Bank Indonesia (SBI) maupun ke Surat Utang Negara (SUN), karena akan memberikan beban bagi BI dan pemerintah untuk membayar bunganya. Pemerintah harus memberikan kemudahan bagi perusahaan-perusahaan yang akan masuk ke pasar modal dengan menawarkan saham perdana (IPO) nya di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang diperkirakan diburu investor asing. "Dengan IPO itu, maka dana asing akan dapat diserap dengan mudah yang diharapkan akan memberikan manfaat yang lama bagi pertumbuhan ekonomi dikemudian hari," ucapnya. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008