Menurut Direktur Eksekutif Direktorat Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam keterangannya di Jakarta, Senin, surplus neraca perdagangan tersebut terutama bersumber dari surplus neraca perdagangan nonmigas dan penurunan defisit neraca perdagangan migas.
"Surplus neraca perdagangan nonmigas ditopang oleh ekspor nonmigas yang meningkat dan impor nonmigas yang menurun," katanya.
Sementara itu, defisit neraca perdagangan migas yang menurun dipengaruhi meningkatnya ekspor migas dan menurunnya impor migas.
Onny menjelaskan, neraca perdagangan nonmigas Mei 2019 mengalami surplus 1,19 miliar dolar AS, setelah pada bulan sebelumnya mencatat defisit 0,79 miliar dolar AS.
Pada satu sisi, perkembangan positif tersebut dipengaruhi oleh peningkatan ekspor nonmigas yakni dari 12,37 miliar dolar AS pada April 2019 menjadi 13,63 miliar dolar AS. Peningkatan terutama terjadi pada komponen lemak dan minyak hewani/nabati, perhiasan/permata, serta bahan bakar mineral.
Di sisi lain, impor nonmigas tercatat sebesar 12,44 miliar dolar AS, menurun 0,72 miliar dolar AS (mtm) dibandingkan dengan impor pada bulan sebelumnya. Penurunan impor nonmigas terutama terjadi pada komponen mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, serta mesin/pesawat mekanik.
Sementara itu, neraca perdagangan migas tercatat defisit 0,98 miliar dolar AS pada Mei 2019, membaik dibandingkan dengan defisit pada bulan sebelumnya sebesar 1,49 miliar dolar AS.
Perbaikan tersebut ditopang oleh peningkatan ekspor migas, dari 0,74 miliar dolar AS pada April 2019 menjadi 1,11 miliar dolar AS pada Mei 2019. Peningkatan terutama didorong oleh komponen ekspor gas sejalan peningkatan volume ekspor, di tengah penurunan harga ekspor gas.
Sementara itu, impor migas menurun dari 2,24 miliar dolar AS menjadi 2,09 miliar dolar AS pada Mei 2019. Penurunan impor migas terutama terjadi pada komponen hasil minyak dan gas, sejalan dengan menurunnya volume ekspor kedua komponen tersebut.
Menurut Onny, BI menilai surplus neraca perdagangan pada Mei 2019 berdampak positif terhadap prospek neraca transaksi berjalan 2019, yang diprakirakan defisit dalam kisaran 2,5–3,0 persen terhadap PDB.
Ke depan, BI dan Pemerintah akan terus berkoordinasi mencermati perkembangan ekonomi global dan domestik sehingga tetap dapat menjaga stabilitas eksternal, termasuk prospek neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan, kata Onny.
Baca juga: Darmin sambut baik surplus neraca perdagangan pada Mei 2019
Baca juga: Diprediksi defisit, neraca perdagangan Mei surplus 0,21 miliar dolar
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019