Pekanbaru (ANTARA) - Wakil Gubernur Riau, Edy Natar Nasution, menyatakan klub sepak bola PSPS Pekanbaru tidak bisa mendapatkan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) karena status manajemen klub adalah perseroan terbatas atau PT.

Hal ini disampaikan Edy Natar menanggapi demonstrasi ribuan suporter fanatik klub sepak bola itu di kantor Gubernur Riau, di Pekanbaru, Senin. Wagub Riau mengatakan Pemprov Riau juga tidak bisa mengintervensi manajemen PSPS Pekanbaru karena klub tersebut bukan badan usaha milik daerah.

Karenanya, Pemprov Riau tidak bisa mengambilalih manajemen PSPS yang dikeluhkan suporter tidak kompeten dan transparan sehingga menjadi salah satu masalah yang membut performa tim tersebut melempem di Liga 2 Indonesia.

"Jadi menyerahkan (Manajemen PSPS) ke Pemprov Riau itu salah. PT kok diserahkan ke Pemerintah Provinsi," kata Edy Natar Nasution.

Edy Natar mengatakan hal tersebut untuk menanggapi demonstrasi ribuan suporter PSPS Pekanbaru. Ia juga menyesalkan perilaku tidak menyenangkan sejumlah suporter yang mencoret-coret fotonya dirinya dan juga meneriakan yel-yel yang menjelekan Gubernur Riau Syamsuar saat pertandingan PSPS Pekanbaru lawan PSMS Medan di Stadion Kaharudin Nasution Pekanbaru pada minggu lalu.

“Foto gubernur dan foto saya dicoret-coret kemudian berteriak Syamsuar anjing segala macam. Ini perilaku apa? Anak kandung saya kalau datang seperti itu, saya habisin-habisin. Etika orang melayu mana yang seperti itu di bumi Riau ini yang terkenal santun,” ujar Edy Natar Nasution.

Menurut dia, yang bisa dilakukan Pemprov Riau saat ini adalah memfasilitasi agar perusahaan-perusaahaan yang ada di Riau mau menjadi sponsor bagi PSPS Pekanbaru. Itu pun tidak bisa dilakukan dengan paksaan.

“Pertanyaan besarnya kenapa para perusahaan itu sampai saat ini tak mau ada yang membantu. Kemudian apakah kalian [Suporter] harus paksakan pemerintah provinsi Riau untuk menekan perusahaan. Kini bukan waktunya. Tidak ada lagi tekan menekan dalam kehidupan saat ini,” katanya.

Ia mengatakan selama ini Pemprov Riau sudah berusaha memfasilitasi untuk menyelesaikan masalah PSPS, meski hasilnya belum sesuai harapan. Menurut dia, suporter PSPS harus membangun komunikasi yang baik untuk mencari solusi, bukan dengan cara demonstrasi dan perilaku tidak menyenangkan pihak lain.

“Menyelasaikan persoalan tidak bisa diselesaikan dengan cara jalanan. Kalau kalian mengatakan pecinta bola Riau, mari tunjukan etika. Kita ini orang yang sangat santun bisa melakukan komunikasi dengan baik. Jangan memunculkan persepsi suporter adalah orang-orang liar. Kalau saya tidak punya etika baik, tidak akan temui kalian semua di ruangan ini,” kata Edy Natar.

Ribuan fans fanatik PSPS yang gabungan dari Curva Nord, Askar Teking, Breges dan tim suporter lainnya berunjukrasa untuk menagih janjir Gubernur Riau untuk menyelamatkan klub bola andalan Riau tersebut.

Sebelumnya, suporter juga sempat meneriakan yel-yel kecaman terhadap Gubernur Riau yang hingga kini belum tegas untuk membantu menyelamatkan PSPS Pekanbaru saat pertandingan perdana Liga 2 Indonesia saat tim tuan rumah melawan PSMS Medan Sabtu lalu (22/6). Tindakan suporter sempat lepas kontrol akibat tim tuan rumah kalah dengan skor akhir 2-3.

Wasit sempat menghentikan pertandingan pada menit ke- 80 akibat kerusuhan yang terjadi setelah penonton sempat masuk ke area lapangan, dan sebelumnya sempat diwarnainya pembakaran kertas dan flare.

Suporter melemparkan kembang api ke belakang gawang PSMS Medan sehingga mengganggu jalannya pertandingan.

Baca juga: Kelompok suporter PSPS Pekanbaru demo di Kantor Gubernur Riau

Baca juga: BOPI desak PSMS-PSPS dicoret dari Liga 2 jika tak lunasi gaji

Baca juga: LIB nyatakan gaji pemain PSMS dan PSPS dilunasi bertahap

Pewarta: FB Anggoro
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2019