Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), Faisal Basri, memperkirakan inflasi 2008 bisa mencapai tujuh persen akibat defisit kebijakan institusional. Pada presentasi Sentimen Ekonomi-Politik Publik 2008, di Jakarta, Selasa, ia mengatakan defisit kebijakan institusional yang terjadi dalam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi sumber terjadinya inflasi 2008. Dia memprediksi ada kecenderungan bahwa sektor formal menyusut dan sektor informal justru `menggelembung`. Nilai beli masyarakat turun karena penghasilan yang menurun. Hal tersebut terbukti saat upah sektor informal mulai 2006 negatif secara riil, ujar dia. Daya beli masyarakat semakin melorot. Menurut dia, buruh tani merupakan presentasi cukup besar dalam ekonomi Indonesia. Buruh tani di Pulau Jawa mengalami penurunan penghasilan, dan yang semakin membuat takut adalah upah nominal di industri padat karya turun, seperti di industri rokok, pakaian jadi, industri batu bata dan ubin. Dia mengatakan sektor jasa justru mengalami peningkatan tajam yang menimbulkan ketimpangan yang naik tajam. Selama pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sektor jasa naik tajam, karena itu patut diwaspadai karena dapat menimbulkan sosial intention yang dapat menjadi kemunduran dari pertumbuhan ekonomi yang sudah membaik. Menurut ekonom Kadin dari Oxfort, Prabowo, masalah defisit kebijakan itu bisa diurai secara sederhana pada saat terjadi perubahan pemerintahan. "Kalau saya lihat kita tidak punya kebijakan yang jelas. Contoh, revitalisasi kepres pertanian dan pedesaan kerangka pelaksanaannya tidak jelas," katanya.Prabowo menilai defisit kebijakan bukan hanya masalah di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, tetapi juga dapat terjadi di pemerintahan mendatang. Sementara itu, Ekonom dari Citibank Anton Gunawan mengatakan jika dilihat pada 2007, pola pemahaman institusi tentang inflasi, seperti BI atau pemerintah, seperti "roller coaster". Awal tahun 2007 begitu ada banjir mereka bilang inflasi naik. Begitu panen sekitar bulan Maret, turun bisa di bawah enam persen, tetapi kemudian inflasi naik lagi akibat kenaikan harga beras dan lain-lain hingga akhirnya berada di atas enam persen bahkan 6,5 persen. Dia mengtakan tahun 2008 pun pemerintah dan BI masih bersikeras bahwa target inflasi tetap di angka lima persen plus minus 1. Namun begitu pada Januari angkanya naik 1,7 persen langsung BI tanpa lakukan konsultasi dengan Depkeu sudah mengumumkan di media massa bahwa "forecast" inflasi 6 hingga 6,5 persen. "Di sini saya lihat ada masalah kordinasi institusi dan bagaimana mereka melihat ke depannya, padahal `core` dari kebijakan BI adalah melihat ekspektasi inflasi bukan sekedar bereaksi pada apa yang terjadi sekarang," ujar dia. Anton memprediksi inflasi akan lebih mengarah ke angka tujuh persen di tahun 2008.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008