Jakarta (ANTARA News) - Asosiasi Telekomunikasi Seluler Indonesia (ATSI) menyatakan, siap menjalankan formulasi penurunan tarif interkoneksi yang ditetapkan pemerintah, meski berujung pada penurunan tarif pungut ritel telekomunikasi kepada konsumen. "Asosiasi dengan seluruh anggotanya, siap menjalankan tarif baru interkoneksi yang ditetapkan pemerintah, karena keputusan itu juga merupakan hasil diskusi bersama para operator," kata Sekjen ATSI, Merza Fachys, di Jakarta, Selasa. Hal itu diungkapkan Merza menanggapi putusan pemerintah pada Senin (4/2), menurunkan biaya interkoneksi antaroperator telekomunikasi yang berdampak penurunan tarif seluler sebesar 20-40 persen. Keputusan itu juga menetapkan, implementasi tarif interkoneksi tersebut berlaku paling lambat 1 April 2008. Menurut Merza, menurunkan tarif sebagai dampak keputusan pemerintah itu diserahkan kepada masing-masing operator. "Sekarang masing-masing operator sedang menyiapkan Daftar Penawaran Interkoneksi (DPI), kita lihat saja bagaimana penawaran yang dibuat," katanya. Sebelumnya, Menkominfo Muhammad Nuh mengatakan, interkoneksi yang ditetapkan adalah batas atas tarif, dan pemerintah tidak dapat mengintervensi operator dalam menetapkan tarif ritel. "Penetapan tarif kepada konsumen oleh operator akan ditentukan dari tarif interkoneksi ditambah biaya bisnis dan margin yang ditetapkan masing-masing operator," kata Nuh. Menanggapi keputusan interkoneksi itu, Dirut PT Excelcomindo Hasnul Suhaimi menjelaskan, sebagai pihak yang juga ikut membahas dan memberi masukan penetapan tarif interkoneksi harus bertanggungjawab menjalankannya. "Ini hasil diskusi bersama. Meskipun ada kecenderungan berdampak kepada pendapatan, kita harus mengimplementasikannya," kata Hasnul. Penurunan tarif, menurut dia, bisa saja menurunkan pendapatan operator, tetapi jika operator itu cerdik, justru akan membuat pendapatannya meningkat secara progresif.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008