Kondisi ini terjadi karena tidak adanya regulasi dari pemerintah untuk melakukan pembatasan produksi
Solo (ANTARA) - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) melakukan obral ayam dengan harga murah sebagai bentuk protes terhadap pemerintah atas turunnya harga hewan unggas tersebut.
"Anjloknya harga daging ayam ras di pasaran ini lebih karena kelebihan suplai barang. Kondisi ini terjadi karena tidak adanya regulasi dari pemerintah untuk melakukan pembatasan produksi," kata Ketua Pinsar Indonesia Jawa Tengah Parjuni di Solo, Senin.
Ia mengatakan beberapa waktu lalu sebetulnya sudah ada keputusan dari pemerintah untuk melakukan pemangkasan produksi bibit sebesar 30 persen dari total populasi.
"Tujuannya untuk menstabilkan harga, namun kenyataannya saat ini belum ada tindak lanjut lagi," katanya.
Olah karena itu, dengan adanya aksi tersebut pihaknya berharap pemerintah segera menindaklanjuti langkah tersebut demi kesejahteraan peternak, khususnya peternak kecil.
"Saat ini sudah banyak peternak mandiri yang gulung tikar. Turunnya harga jual di pasaran sudah berada di bawah biaya produksi yang dikeluarkan. Untuk diketahui, harga pokok produksi (HPP) sebesar Rp18.500/kg, namun harga jual saat ini hanya di angka Rp8.000-9.000/kg. Ini merugikan peternak mandiri," katanya.
Ia mengatakan kondisi tersebut sudah terjadi sejak bulan April 2019 hingga saat ini. Menurut dia, sejak itu kerugian para peternak sudah tidak lagi terhitung.
Sementara itu, pada kegiatan obral murah ayam tersebut para peternak yang tergabung dalam Pinsar menjual dengan harga Rp25.000/ekor.
"Rata-rata memiliki berat 2 kg. Kalau harga normal di kisaran Rp40.000/ekor," katanya.
Ia mengatakan obral murah ini sudah dilakukan sejak hari Sabtu (22/6). Untuk jumlah ayam yang dijual sekitar ratusan ekor, disesuaikan dengan kemampuan masing-masing peternak.
Pewarta: Aris Wasita
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019