Keterangan dari warga di Kecamatan Pohara dan Ameroro, Senin, sudah ada satu dua orang warga yang berupaya untuk mengumpulkan pasir di lokasi mereka, namun masih dalam jumlah kecil," kata Rustam (45) warga setempat.
Ia mengatakan pasir yang diambil dari dasar sungai di Pohara itu dengan cara menggunakan sebuah perahu kecil sebagai wadah untuk menampung sementara sebelum pasir itu ditampung di pinggir jalan.
"Kalau dulu harga pasir dalam ukuran mobil truk 3/4 seharga Rp350.000 termasuk jasa mengangkat ke atas mobil, maka saat ini naik dua kali lipat karena selain kurangnya pasir yang didapat karena masih sulit diperoleh karena air masuk dalam dan keruh," ujarnya.
Ia mengatakan harga pasir bangunan yang naik dua kali lipat itu baru sebatas pada proses diambil dilokasi pengolah, sementara bila sudah diangkut masuk dalam kota kendari harganya bisa mencapai Rp1 juta bahkan lebih dalam satu kali angkut mobil truk 3/4.
"Memang benar harga pasir Pohara dan pasir Ameroro kini bisa mencapai Rp1 juta lebih. Itupun masih sangat sulit diperoleh karena terbtasnya para penambang pasir tradisional menyusul masih suasana banjir di daerah," ujar Mansyur (54), salah seorang supir truk di Kendari.
Ia mengatakan, permintaan masyarakat terhadap pasir untuk kebutuhan bahan bangunan cukup besar, namun karena stoknya masih terbatas sehingga hargapun naik dua kali lipat dari harga sebelum bencana banjir.
Pasir bangunan yang digunakan masyarakat di Kota Kendari selama ini selain datang dari Pohara juga dari Ameroro di Kabupaten Konawe. Bedanya pasir Pohara berada di kawasan perbatasan dengan Kota Kendari sehingga harga sedikit lebih murah, sementara pasir yang dimabil dari sungai Ameroro kualitas lebih bagus dan jarak tempuh juga lebih jauh sehingga harganya lebih mahal lagi.
"Kalau selama ini harga normalnya untuk pasir Pohara hanya berkisar Rp650.000 per satu ukuran mobil truk 3/4, maka pasir produk Ameroro di Unaaha bisa mencapai Rp850.000-Rp900.000 per satu truk 3/4," ujarnya.***1***
Pewarta: Abdul Azis Senong
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019