Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, diperkirakan tetap stabil, karena pelaku pasar cenderung bersikap hati-hati dan memfokuskan perhatian mereka pada pertemuan bank sentral AS (The Fed) pada pekan ini. Nilai tukar rupiah bertahan pada Rp9.225/9.232 per dolar AS (hari sebelumnya Rp9.225/9.230 per dolar AS). Direktur PT Finance Corpindo, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa, mengatakan Bank Indonesia (BI) kemungkinan besar telah masuk ke pasar melakukan intervensi agar rupiah tidak terus menguat. "Karena kenaikan rupiah yang terlalu cepat tidak baik bagi pergerakan mata uang Indonesia itu," katanya. Rupiah, menurut dia, berpeluang untuk menguat hingga mencapai level Rp9.000 per dolar AS yang didukung oleh The Fed yang pada pekan ini kembali melakukan pertemuan mengenai penurunan bunga Fed Fund. "Namun kenaikan rupiah tidak sejalan dengan fundamental faktor ekonomi Indonesia, karena menguatnya rupiah akibat dukungan faktor luar," ucapnya. Hal ini, lanjut dia, terlihat prediksi pertumbuhan ekonomi yang menurun mendekati kisaran bawah dari perkiraan BI sebesar 6,2 hingga 6,8 persen. "Bahkan laju inflasi pada tahun ini yang diperkirakan meningkat hingga mencapai 6,5 persen dibanding target 4 hingga 6 persen," ucapnya. Ia mengatakan, pergerakan rupiah yang membaik seharusnya didukung oleh indikator ekonomi Indonesia, namun gejolak ekonomi global yang melambat merupakan faktor yang juga menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Pemerintah sudah mempertimbangkan perlambatan ekonomi global akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi nasional," ujarnya. Rupiah, lanjut dia saat ini bergerak dalam kisaran yang sempit yang terlihat dari tinggi dan rendah pergerakan itu pada angka Rp9.230 per dolar AS. Pasar masih cenderung untuk mendukung rupiah seiring dengan melemahnya harga minyak dunia yang saat ini berada dibawah level 90 sen dolar AS per barel mennjadi 89,73. Sementara itu dolar AS terhadap yen mencapai 106,68, dolar Australia turun jadi 0,9072 dari sebelumnya 0,9080 dan euro terhadap dolar AS jadi 1,4826. (*)
Copyright © ANTARA 2008