Cikarang, Bekasi (ANTARA) - Sebanyak 28 Organisasi Masyarakat (Ormas) yang tergabung dalam Aliansi Ormas Bekasi (AOB) melakukan deklarasi penolakan Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bekasi dari luar daerah.
Ketua AOB, Zaenal Abidin di Cikarang, Senin menegaskan masih banyak putra asli Bekasi yang dinilai pantas dan mampu menduduki jabatan wakil bupati.
"Kami sepakat, untuk menjadi wakil bupati, masih banyak warga asli Bekasi yang pintar, cerdas, serta mumpuni, bahkan mampu membawa perubahan Kabupaten Bekasi ke arah yang lebih baik. Jadi kenapa mesti dari luar yang tidak paham tentang Bekasi," kata dia.
Menurut Zaenal, Wakil Bupati Bekasi itu minimal menguasai Kabupaten Bekasi. Artinya, mengerti seperti apa kultur masyarakat di Bekasi, baik budaya, karakter, maupun perilaku warganya.
Kalau orang Bekasi yang memimpin, 'sedaglog-daglognya' (sebodoh-bodohnya), dia mengerti tentang masyarakat tapi kalau orang luar Bekasi, mana paham dia," ungkapnya.
Dari sejumlah nama yang masuk bursa Cawabup Bekasi, beberapa di antaranya bukan putra asli daerah. Zaenal menyinggung mereka tidak laku di daerah asalnya sehingga memaksakan diri maju di Bekasi.
Baca juga: Golkar Bekasi jaring calon wakil bupati, tiga orang sudah daftar
"Memangnya Bekasi selain tempat pembuangan sampah juga menjadi penampung limbah politik, kami tegas menolak mereka," katanya.
Pihaknya mengaku telah menyiapkan aksi penolakan ini secara besar-besaran dan akan dilakukan dalam waktu dekat, mulai dari audiensi dengan DPRD Kabupaten Bekasi, Bupati Bekasi, hingga aksi turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi warga asli Bekasi.
"Kami juga akan memasang spanduk di sejumlah titik strategis untuk mendukung langkah penolakan kami ini," jelasnya.
"Kami sangat kecewa. Dan kalau ini dipaksakan, yang pasti kami akan terus menggalang dukungan dari ormas-ormas dan pemuda lainnya, termasuk tokoh agama serta tokoh masyarakat di Kabupaten Bekasi. Karena saya melihat, ini ada kepentingan beberapa kelompok," katanya lagi.
Baca juga: DPD Golkar Bekasi tolak wakil bupati birokrat
Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019