Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso mengatakan pihaknya segera mengandangkan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang berusia lebih 30 tahun, baik pesawat, kapal laut maupun helikopter. "Kita akan keluarkan alutsista berusia lanjut, yang dibuat pada 1960-an. Tetapi kita akan inventaris dan kaji lagi seluruhnya," katanya, setelah menghadiri rapat terbatas di Departemen Pertahanan (Dephan) yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, Senin. Ia mengatakan pengandangan sejumlah alutsista itu tentu akan berpengaruh terhadap kesiapan operasional TNI dalam menggelar Latihan Gabungan (Latgab) pada Juni 2008. "Tetapi semoga pengaruhnya tidak terlalu besar," katanya. Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Sumardjono mengatakan pengadangan sejumlah alutsista TNI tidak dapat serta merta dilakukan mengingat banyak persenjataan TNI AL meski telah berumur lanjut masih bisa diandalkan. "Untuk masalah keamanan dan keselamatan, tentunya sudah kita perhitungkan dengan matang sebelum persenjataan dan alutsista digunakan. Ya tetap akan kita gunakan, kalau tidak, mau pakai apa?. Pengunaan alutsista lama sudah kita perhitungkan keselamatannya," ujarnya. Meski begitu, tambah Sumardjono, pihaknya akan menginventaris terlebih dulu seluruh persenjataan yang ada, terutama yang telah `uzur`. Jika masih bisa digunakan, akan tetap digunakan mengingat sebagian dari alutsista tua itu sudah mengalami peremajaan, ujarnya. Hal senada diungkapkan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Madya Soebandrio yang mengatakan meski telah banyak pesawat TNI AU yang berusia lebih 20 tahun, namun sebagian telah mengalami peremajaan dan dapat digunakan kembali. "Kita telah menetapkan sejumlah pesawat tempur yang akan diganti karena usianya telah berada di atas 20 tahun seperti pesawat tempur intai taktis OV-10 Bronco, yang lainnya masih layak untuk diterbangkan dan digunakan," ujarnya. Pada kesempatan yang sama Menteri Pertahanan (Menhan) Juwono Sudarsono mengemukakan, pihaknya akan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap semua alutsista dan persenjataan TNI. "Akan dicari solusinya. Kami lihat dulu anggaran di masing-masing angkatan," ujarnya. Menhan menambahkan, Dephan akan mencari keseimbangan antara perawatan peralatan lama dan pengadaan persenjataan baru. Saat ini, anggaran untuk pengadaan alutsista menelan 30 persen alokasi anggaran yang diterima Dephan. "Nanti dihitung lagi, berapa untuk perawatan, berapa untuk pengadaan baru. Termasuk jangka waktu pemakaiannya. Yang jelas, masalah keselamatan prajurit menjadi hal utama yang harus didahulukan," katanya. Di penghujung 2007 pesawat intai maritim TNI AL Nomad 833 jatuh di perairan Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) hingga menewaskan empat orang awaknya dan satu hingga hilang. Pada awal 2008, helikopter TwinPack TNI AU jatuh di Pekanbaru, Riau hingga menewaskan satu penumpang berkewarganegaraan asing dan terakhir satu unit panser amfibi marinir TNI AL tenggelam di peraiaran Situbondo, menewaskan enam anggota marinir TNI AL. Sejumlah alutsista yang mengalami kecelakaan itu rata-rata telah berusia di atas 20 tahun, bahkan panser amfibi BTR-50P yang tenggelam di perairan Situbondo telah dioperasionalkan sejak 1962 dan baru mengalami peremajaan pada 1993.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008