Langkat (ANTARA) - Luka mendalam dirasakan keluarga korban pasca terbakarnya industri rumahan perakitan mancis di Dusun IV Desa Sambirejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat yang menewaskan 30 orang pekerjanya dan anak-anak.
Afriandika, suami dari Rita Susanti yang merupakan salah satu korban terbakarnya industri rumahan perakitan mancis tersebut yang ditemui, Sabtu, menyebutkan dirinya sama sekali tidak memiliki firasat apapun jika istrinya harus mengalami peristiwa tragis itu.
"Tak ada sama sekali firasat apapun," katanya dengan lemah.
Afriandika menceritakan lebih jauh, bahwa istrinya bekerja di industri rumahan tersebut sudah sejak setahun ini dan sebulannya menerima gaji sebesar Rp700.000.
"Kini saya harus mengurusi dan menghidupi anak dari hasil perkawinan kami yaitu Chaisa," katanya.
Secara ringkas ia menceritakan kisah awal perkenalan dengan istrinya Rita Susanti saat merantau ke Pasaman Barat 2013.
"Saat merantau ke Pasaman Barat 2013, bertemu dengan Rita. Lalu kami menikah dan dikaruniai seorang anak. Tak ada tanda-tanda yang ditunjukkan kepada saya maupun kepada keluarga sebelum kepergiannya yang sangat tragis ini," katanya.
Sementara Suriadi, suami dari Siti Khadijah yang juga menjadi korban dalam peristiwa yang sama mengungkapkan hal yang sama yakni tidak ada tanda-tanda sebelum kematian orang terkasihnya itu.
Suriadi yang bekerja di Bireun, Aceh, mengaku dari hasil perkawinannya dengan Siti Khadijah dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama Amelia Chindaya.
"Semoga kami tabah menerima musibah yang sangat berat ini, hingga sekarang ini jenazah belum berada di rumah duka," katanya.
Baca juga: Pemda harus bertanggungjawab atas kebakaran pabrik mancis di Langkat
Baca juga: Dua korban kebakaran pabrik perakitan mancis teridentifikasi
Pewarta: Imam fauzi
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2019