Denpasar (ANTARA News) - Langkah Partai Keadilan Sejahtera menjadi partai terbuka terhadap semua kalangan/agama di Indonesia disambut positif oleh Sebali Tianyar Arimbawa, tokoh pendeta Hindu di Bali yang biasa disebut Ida Pedanda. Pada dialog kebangsaan dalam Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PKS di kawasan Pantai Sanur, Minggu, dukungan tokoh sepuh ini terhadap keterbukaan PKS, disampaikan dengan menyatakan bahwa dirinya siap diajukan sebagai calon legislatif (Caleg) dari PKS. "PKS itu yang saya tahu sudah menjadi partai terbuka dari dulu. PKS memahami kemajemukan di negeri ini," kata tokoh asal Griya Tegeh Amlapura pada dialog kebangsaan yang batal dihadiri Taufik Kiemas dari PDIP. Lebih lanjut ditegaskan, bahwa wajah Islam yang menghargai pluralitas atau keragaman mampu ditampilkan oleh PKS. Dengan alasan itulah Ida Pedanda Sebali Tianyar Arimbawa bersedia jika dicalonkan oleh PKS menjadi anggota dewan pada Pemilu 2009. Ia juga berpesan agar PKS memegang komitmen untuk tetap menjaga sikap moral dan kepedulian sosial seperti yang ditunjukkan selama ini. Terlebih PKS didominasi kaum muda yang mempunyai waktu lebih panjang dalam berjuang membangun bangsa. Sesi dialog kebangsaan juga menghadirkan Ketua Forum Komunikasi Persatuan Purnawirawan TNI, Letjend (Purn) Saiful Sulun, Arif Budiman dari PDIP, dan Mahfudz Siddiq, Ketua FPKS DPR-RI. Pada dialog bertema "Kebangsaan harapan: mencari kata sepakat ke-Indonesia-an setelah 10 tahun reformasi" ini para pembicara menyampaikan sumbang saran dalam upaya kebangkitan nasional yang digagas PKS. Syaiful Sulun yang mewakili kalangan purnawirawan TNI, berpesan agar setiap elemen bangsa meningkatkan nasionalisme, yang menjadi modal dasar dalam membangun negara. "Kalau tidak ada nasionalisme, percuma Negara," tegasnya. Purnawirawan jenderal berbintang tiga yang mengategorikan diri sebagai generasi tua ini menitipkan Indonesia pada anak-anak muda khususnya di PKS. "Indonesia ini milik orang yang sudah mati dan yang belum lahir. Jadi kita harus jaga," ucapnya. Sementara Arif Budiman menekankan bahwa kebhinekaan adalah sesuatu yang merupakan kepastian, karenanya pihak yang mencoba mengingkari hal tersebut dengan sendirinya akan dijauhi. Sedangkan Mahfudz Siddiq menekankan bahwa kebangkitan Indonesia tergantung pada dua hal, yakni Visi dan daya kompetisi. "Bangsa kita daya saingnya lemah, sehingga kalah dalam berbagai hal," katanya. Karena itu ia berharap agar setiap komponen bangsa meninggalkan politik klaim, karena semuanya milik bersama. "Politik klaim tak ada gunanya, karena semua ini milik kita bersama," ucap anggota DPR dari daerah pemilihan Indramayu dan Cirebon ini.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008