Denpasar (ANTARA News) - Dua sastrawan Bali masing-masing Drs I Nyoman Manda dan I Made Suatjana, berhasil meraih penghargaan Sastra Rancage 2007 yang akan diserahkan di Bandung, Jawa Barat, akhir April mendatang. "Sesuai surat ketua Dewan Pembina Yayasan Kebudayaan Rancage, saya akan memperoleh penghargaan atas karya novel berjudul "Depang Tiang Bajang Kayang-Kayang" (biarkan saya sendiri selamanya)," kata Nyoman Manda ketika dihubungi ANTARA News di Gianyar, Bali, Minggu. Sedangkan I Made Suatjana bakal memperoleh penghargaan serupa atas jasanya dalam pembinaan bahasa daerah Bali. Pria asal Tabanan itu dinilai berjasa dalam menciptakan Bali Simbar, program aksara yang diaplikasikan dalam program komputer untuk mengetik huruf Bali. Kedua seniman Bali itu selain mendapat penghargaan Sastra Rancage yang akan diserahkan di Bandung, masing-masing juga bakal mendapatkan hadiah uang sebesar Rp5 juta. Manda yang dikenal sebagai penyair, cerpenis dan pensiuan guru menjelaskan, penghargaan Sastra Rancage yang akan diterimanya kali ini merupakan yang ketiga. Sebelumnya tahun 1998 menerima penghargaan sebagai pembina Bahasa Daerah Bali, tahun 2003 atas karya novel berjudul "Bungan Gadung Ulung Apancang" dan yang ketiga ini juga atas karya novel. Karya novel dengan bahasa daerah Bali yang berhasil menyabet penghargaan Sastra Rancage 2007 mengisahkan percintaan antara seorang gadis Bali dengan seorang wartawan Australia. Percintaan mereka berjalan mulus, tidak terhalang perbedaan budaya. Namun akhirnya kandas di tengah jalan, akibat pria asal Negeri Kangguru tersebut tewas dalam tragedi bom Bali 2002. Begitu cintanya pada pria pujaannya tersebut, gadis Bali itu tidak akan mencari pacar lagi dan berjanji untuk hidup sendirian selamanya. Lewat novel tersebut, suami dari Ni Made Seruti (64) itu melukiskan keluhuran dan daya pikat kebudayaan Bali. Menurut pembantu juri untuk penilaian sastra Bali Dr I Nyoman Darma Putra, novel karya Nyoman Manda menunjukkan fenomena yang heteroglosia karena menggunakan lebih dari satu bahasa, yakni bahasa daerah Bali, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. "Heteroglosia digunakan untuk menghidupkan dialog antara tokoh Bali dan Australia," ujar Darma Putra yang juga dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008