Dikutip dari keterangan resmi, Sabtu, lagu itu adalah bentuk kritik terhadap fenomena di Indonesia tentang pihak otoritas yang lantas menjadi konglomerat lalu menciptakan demokrasi plutokrat yaitu sistem demokrasi yang dikuasai oleh orang kaya atau bermodal.
Sementara para pekerja terjebak di kelas sosial mereka, serta kaum intelektual terlihat cenderung kehilangan sikap kemanusiaan.
Reaksi menilai pergerakan dari semua elemen masyarakat tersebut harus dilakukan untuk mengubah stigma yang ada sehingga kehidupan sebagai bangsa bisa menjadi lebih baik.
Dibalut dengan hentakan musik grunge yang apa-adanya, "Tragis" juga menjadi sentilan bagi suasana politik di Indonesia yang panas pada beberapa bulan terakhir.
Lirik "Tragis" hadir sebagai pengingat yaitu keinginan untuk menjadi lebih baik seharusnya ditanamkan di hati semua orang, termasuk pengelola negara.
Tragis dirilis pada 21 Juni 2019 di layanan digital streaming.
Baca juga: Rio Dewanto dan Robi Navikula berkolaborasi suarakan isu lingkungan
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2019