Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan masih akan terus menguat pada kisaran antara Rp9.150/9.175 per dolar AS, karena sentimen positif dari eksternal masih cukup besar. "Besarnya sentimen positif itu memicu peluang rupiah untuk bisa mencapai level Rp9.100 per dolar AS cukup tinggi," kata pengamat ekonomi Standard Chartered Bank, Erick Sugandi, di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut dia, penguatan rupiah yang terus terjadi didukung oleh selisih tingkat suku bunga rupiah (BI rate) terhadap bunga dolar AS (The Fed rate) yang mencapai lima persen. Besarnya selisih bunganya memicu pelaku lokal maupun asing membeli rupiah dan melepas dolar AS di pasar domestik, katanya. Selain itu, lanjut dia, turunnya harga minyak mentah dunia, karena konsumsi minyak AS berkurang menekan dolar AS di pasar global makin terpuruk. Karena itu, rupiah terhadap dolar AS ke depan berpeluang untuk menguat hingga mendekati angka Rp9.100 per dolar AS, ujarnya. Rupiah pada penutupan Jumat sore (Pkl 17.30) menguat mencapai Rp9.190/9.195 per dolar AS atau mengalami kenaikan sebesar 58 poin, ucapnya. Namun, lanjut dia, kenaikan rupiah ini jangan terlalu dilepas sesuai dengan kehendak pasar, Bank Indonesia (BI) harus melakukan intervensi pasar agar kenaikannya tidak terlalu cepat. Erick Sugandi mengatakan, tingginya selisih bunga rupiah terhadap dolar AS akan memberikan dampak positif terhadap rupiah, karena investor asing akan kembali memasuki pasar domestik menempatkan dananya di sertifikat Bank Indonesia (SBI) maupun di Surat Utang Negara (SUN). Namun demikian rupiah juga masih akan mendapat tekanan dari gejolak domestik, seperti kenaikan harga bahan pokok, minyak goreng, dan harga kedelai, tuturnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008