Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster meluncurkan Pergub No 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali dalam acara peringatan Hari Wafat Bung Karno ke-49, di Denpasar, Jumat malam.
"Semoga melalui Pergub ini, Bali menjadi contoh bagi daerah-daerah lainnya di Indonesia dalam mengamalkan nilai-nilai ideologi bangsa Pancasila serta dalam menghormati dan mengenang Bapak Bangsa yang berjasa menggali nilai-nilai itu, yaitu Bung Karno," kata Koster saat menyampaikan sambutan pada peringatan tersebut.
Pergub itu diklaim merupakan peraturan pemerintah pertama di Indonesia yang memberi landasan hukum pada penyelenggaraan Bulan Bung Karno. Koster pun kemudian menyerahkan salinan Pergub 19/2019 kepada para Bupati dan Wali Kota se-Bali.
Menariknya, sebagai respons atas Pergub tersebut, semua Bupati dan Wali Kota se-Bali juga telah mengeluarkan Peraturan Bupati (Perbup) dan Peraturan Walikota (Perwali) tentang Bulan Bung Karno di daerahnya masing-masing.
Dengan demikian Bulan Bung Karno akan menjadi sebuah perayaan bersifat "semesta" di Bali, diselenggarakan di semua daerah secara serentak dan bersama-sama pada setiap Bulan Juni.
"Inilah Peraturan Gubernur pertama yang langsung direspons oleh para bupati dan wali kota. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih," ucapnya.
Koster mengungkapkan penetapan dan peluncuran Pergub No 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Bali telah disampaikannya kepada keluarga Bung Karno, termasuk kepada putri beliau yang juga Presiden RI ke-5 dan Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Beliau menyampaikan apresiasi mendalam atas penetapan dan peluncuran pergub ini. Ibu Megawati Soekarnoputri dan keluarga Bung Karno juga mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat Bali atas lahirnya pergub ini," katanya.
Berlangsung di Natya Mandala, ISI Denpasar, Peringatan Hari Wafat Bung Karno ke-49 dihadiri pula oleh Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakapolda Bali Brigjen (Pol) I Wayan Sunartha, Danrem 163/Wirasatya Kolonel (Arh) AM Suharyadi, Bupati dan Walikota se-Bali, tokoh-tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan, pelajar dan mahasiswa.
Selain diisi dengan pemutaran film dokumenter tentang Bung Karno, acara peringatan juga diisi pementasan kolaborasi tari nusantara. Bung Karno wafat pada 21 Juni 1970 dalam usia 69 tahun. Beliau kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Koster pun menguraikan betapa besar jasa Bung Karno bagi Negara dan Bangsa Indonesia.
"Dikenal sebagai "Putra Sang Fajar", Bung Karno adalah tokoh yang berjasa dalam membuka 'fajar masa depan' bagi Bangsa Indonesia dengan memproklamasikan Kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945," ujarnya.
Proklamasi tersebut mengakhiri ratusan tahun penjajahan bangsa-bangsa asing dan sekaligus secara resmi menjadi tonggak lahirnya sebuah Bangsa dan Negara bernama Indonesia.
"Proklamasi Kemerdekaan itulah yang hingga kini mengikat Kepulauan Nusantara yang terdiri dari 17,000 pulau, 300 kelompok etnik serta lebih dari 600 bahasa daerah menjadi satu Bangsa yang bersatu dan berdiri tegak di panggung dunia. Bung Karno-lah Sang Proklamator itu," ucapnya.
Baca juga: Gubernur Bali yakin generasi milenial teladani Bung Karno
Selain sebagai Proklamator, Bung Karno juga berjasa besar dalam menggali dan merumuskan Pancasila, yang hingga hari ini diyakini dan diamalkan sebagai dasar negara, ideologi bangsa, serta tuntunan utama dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Tentang Pancasila, Bung Karno pernah mengatakan "Aku menggali di dalam buminya rakyat Indonesia, dan aku melihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia itu ada hidup lima perasaan. Lima perasaan ini dapat dipakai sebagai mempersatu daripada bangsa Indonesia yang 80 juta ini. Dan tekanan kata memang kuletakkan kepada daya pemersatu daripada Pancasila itu".
Lima perasaan itulah yang membedakan Bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa lainnya di dunia. Lima Sila itulah identitas bersama yang membuat kita semua seiring-sejalan sebagai saudara sebangsa. Jasa Bung Karno dalam menggali dan merumuskan Pancasila membuat Bung Karno kita hormati sebagai Bapak Bangsa Indonesia
"Bagi kami di Bali, rasa hormat dan sayang pada Bung Karno lebih berlipat ganda karena dua hal: pertama, ikatan emosional karena darah Bali mengalir di nadi Bung Karno lewat Ibunda Beliau yang kelahiran Buleleng. Bagi kami, Bung Karno serta putra-putri dan cucu Beliau adalah 'orang Bali," ucapnya.
Kedua, ajaran-ajaran Bung Karno, terutama tentang kebangsaan, nasionalisme, pentingnya menjaga persatuan, kecintaan kepada kebudayaan daerah serta nilai-nilai kearifan lokal sangat sesuai dan selaras dengan ajaran-ajaran para leluhur dan tetua kami di Bali," ujarnya.
Baca juga: Bali jadi provinsi pertama miliki Pergub Bulan Bung Karno
Menurut Koster, visi "Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana menuju Bali Era Baru" diinspirasi dan dilandasi oleh nilai-nilai kearifan lokal Bali serta oleh ajaran Bung Karno tentang Tri Sakti: Berdaulat di bidang Politik, Berdikari di bidang Ekonomi dan Berkepribadian di bidang Kebudayaan.
:Sebagai tanda rasa sayang, hormat dan bakti masyarakat Bali kepada Bung Karno maka untuk pertama kalinya pada tahun ini diselenggarakan Bulan Bung Karno," ujar gubernur kelahiran Desa Sembiran, Kabupaten Buleleng itu.
Berlangsung selama Bulan Juni, Bulan Bung Karno diisi dengan serangkaian kegiatan seperti Pameran Foto dan Arsip Bung Karno dan Keragaman Indonesia, Dialog Lintas Agama, Pemutaran Film Dokumenter, Lomba Pidato dan Cerdas Cermat Bung Karno, Pementasan Kesenian, termasuk pementasan teater dengan naskah yang ditulis Bung Karno saat masa pengasingan Beliau di Ende, NTT.
Pergub Nomor 19 Tahun 2019 tentang Bulan Bung Karno di Provinsi Bali bertujuan agar peringatan jasa-jasa Bung Karno dan penyelenggaraan Bulan Bung Karno ini bisa dilaksanakan secara permanen dan berkelanjutan di Bali
Baca juga: Koster: Saat ini waktu tepat teladani nilai luhur Bung Karno
"Semoga apa yang kita bersama-sama lakukan melalui penyelenggaraan Bulan Bung Karno akan berhasil menjaga dan meneruskan ide, pemikiran, gagasan dan cita-cita Bung Karno untuk Indonesia Raya kepada generasi-generasi muda Indonesia berikutnya," kata Koster.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2019