Jakarta (ANTARA) - Bencana kekeringan terjadi selain disebabkan faktor alam juga ulah manusia, maka perlu menumbuhkan kesadaran masyarakat guna mencegah terjadinya bencana tersebut salah satunya lewat pendidikan, kata Sekretaris Pusat Studi Bencana (PSB) IPB Dr Perdinan.
"Pendidikan perlu dimulai dari sekolah dasar, ajarkan tentang mitigasi bencana agar terbangun budaya peduli mencegah terjadinya bencana," kata Perdinan kepada ANTARA saat dihubungi, Jumat.
Menurut Perdinan, pendidikan mitigasi bencana itu bisa dimasukkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia yang membahas topik tentang bermacam-macam bencana seperti banjir, kekeringan dan longsor.
Baca juga: Mitigasi bencana di Aceh Selatan diperkuat
"Atau bisa juga melalui pendidikan matematika, menghitung jumlah air dan luas tanah," katanya.
Pendidikan ini lanjut Perdinan, untuk membangun kesadaran dan mengembalikan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan. Seperti mencegah kekeringan dengan cara menghemat air, atau memanen air hujan.
Budaya ini pernah ada di zaman dahulu, tetapi berkembangnya jumlah manusia, kebutuhan air menjadi meningkat, ditambah kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup lebih ramah lingkungan.
"Mengubah karakter orang itu tidak gampang, makanya perlu pendidikan sejak dini, supaya terbentuk kesadaran," kata Perdinan.
Baca juga: Akademisi IAIN : puasa berkorelasi dengan pendidikan mitigasi bencana
Ia mengatakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan upaya pencagahan bencana kekeringan melalui program pendidikan hemat air.
Diharapkan dari upaya ini ada kesadaran masyarakat untuk mau peduli menjaga lingkungan dan berprilaku ramah lingkungan dengan melakukan hal-hal sederhana seperti menghemat air, tidak membuang sampah sembarangan dan menggiatkan penanaman.
Baca juga: Desa di Tulungagung cadangkan anggaran mitigasi kebencanaan
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019