Jakarta (ANTARA) - Kapal bertenaga seratus persen ramah lingkungan "Race for Water" asal Swiss menyinggahi Jakarta dalam perjalanan mengarungi Samudra Pasifik untuk mengkampanyekan penghentian sampah plastik di laut.

"Pemikiran bahwa kita bisa membersihkan lautan adalah salah, yang perlu kita lakukan adalah mencegah sampah plastik mencapai lautan," kata Pendiri Yayasan Race for Water Marco Simeoni dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.

Kapal dengan panel surya seluas 512 meter persegi, layang-layang 40 meter persegi yang diterbangkan otomatis untuk menggerakkan kapal dan baterai hidrogen berkapasitas 7,5 meter kubik menjadi motor utama Race for Water yang seratus persen memanfaatkan energi terbarukan dan ramah lingkungan.

"Misi kami juga untuk membuktikan bahwa mengelilingi dunia dengan seratus persen daya ramah lingkungan adalah mungkin," kata Simeoni.

Dalam perjalanan yang dimulai pada 2015 untuk membuat penilaian global terhadap polusi plastik di laut, Race for Water menemukan bahwa "pulau plastik" tidak ada.

Cerita tentang kumpulan sampah plastik yang sangat banyak hingga membentuk pulau di lautan tidak ada karena sebenarnya hanya berkisar 1 hingga 3 persen plastik yang tersisa di permukaan.

"Akan mudah membersihkan sampah plastik di laut jika memang sampah-sampah itu menumpuk jadi satu seperti pulau, tetapi sebenarnya lebih dari 90 persen sampah plastik di laut berupa micro-plastic atau tenggelam ke dasar lautan," kata Manajer Program Race for Water Camille Rollin.

Pendiri Yayasan Race for Water Marco Simeoni (paling kiri) bersama Duta Cilik Race for Water Yuri Nugraha dan awak kapal lainnya dalam konferensi pers di atas Kapal Race for Water di Pelabuhan Marina Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (21/6/2019). (ANTARA/Azizah Fitriyanti)

Rollin menambahkan, micro-plastic yang mirip plankton pun dimakan oleh ikan, hingga berdasarkan penelitian terakhir hampir 25 persen dari populasi ikan di laut mengandung plastik, yang kemudian akan dikonsumsi manusia.

"Efek sampah plastik di laut ini jangka panjang, dan kita tidak mungkin bisa membersihkan laut yang begitu luas. Tapi, yang bisa kita lakukan adalah menghentikan penggunaan sampah plastik sekali pakai di darat," kata dia.

Kapal Race for Water akan bersandar di Pelabuhan Marina Sunda Kelapa, Jakarta, selama enam minggu mulai 21 Juni hingga 31 Juli 2019.

Berbagai kegiatan untuk mengkampanyekan penghentian membuang sampah plastik ke laut akan diselenggarakan tim Race for Water, baik di atas kapal maupun di lokasi sekitar Jakarta, antara lain pelatihan daur ulang sampah plastik "From Plastic Waste to Energy" bagi tokoh-tokoh masyarakat dan kunjungan kelompok anak-anak sekolah ke kapal Race for Water.

Dari Jakarta, Race for Water akan meneruskan perjalanannya ke Malaysia, Palawan (Filipina), Hong Kong, China, Jepang, Dubai, India, kemudian melintasi Terusan Suez untuk menuju tujuan akhir di Lorient, Prancis, pada 2021.

Baca juga: Para penyelam bersihkan sampah plastik di laut Buleleng

Baca juga: Botol plastik hingga sandal jepit ada di perut paus yang terdampar di Wakatobi
​​​​​​​

Baca juga: 2025 Indonesia bebas dari sampah plastik di laut

​​​​​​​Baca juga: Indonesia suarakan aksi global pengurangan sampah plastik di laut

Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Maria D Andriana
Copyright © ANTARA 2019