Tokyo (ANTARA News) - Delegasi Mabes Polri berhasil meraih kesepakatan dengan kepolisian China dan Pakistan, dua negara yang gencar berurusan dengan sindikat narkoba internasional, guna melakukan penyelidikan bersama terhadap jalur pengiriman narkoba dari masing-masing negara. Hal itu diungkapkan Direktur Tindak Pidana Narkotika dan Kejahatan Terorganisasikan Bareskrim Mabes Polri Brigjen Pol. Indradi Thanos kepada ANTARA News di Tokyo, Sabtu sesaat sebelum meninggalkan bandara Narita, Jepang. Indradi Thanos bersama Kanit II Bidang Psikotropika Bareskrim Mabes Polri Kombes Pol. Siswandi Adi baru saja usai mengikuti Konferensi ke-13 Penanggulangan Narkotika Asia- Pasifik yang diikuti sekitar 200 aparat kepolisian dari 23 negara. "Kerja sama dengan kepolisian China dan Pakistan ini akan dikonkretkan lagi dalam bentuk MoU , setelah kami sama-sama sepakat bahwa terlihat kecenderungan peningkatan kejahatan narkoba yang melibatkan tersangka dari masing-masing negara," kata Indradi Thanos. Mabes Polri, kata Thanos lagi, sebelumnya mengajukan rancangan kerja sama, kepada kedua negara itu dan ternyata mendapat tanggapan positif. Karena itu dalam sesi pertemuan bilateral, Polri bersama kepolisian China dan Pakistan sepakat untuk bertemu guna membicarakan kerja sama yang lebih jauh. Kerja sama bilateral sesama kepolisian Asia Pasifik dimungkinkan setelah kepolisian Jepang (National Police Agency-NPA), tuan rumah konferensi, menyediakan sesi khusus kesepakatan bilateral bagi negara-negara yang memerlukannya. Kepala Kepolisian Jepang Hiroto Yoshimura saat pembukaan konferensi, Selasa (29/1) lalu, bahkan mendorong dilakukannya kerja sama bilateral, mengingat keterkaitan antara negara perlu diselesaikan dengan segera. Indradi Thanos juga menjelaskan selain kerja sama penyelidikan untuk saling mengawasi jalur pengiriman narkotika dan obat-obat terlarang (narkoba) lainnya, kepolisian dari China dan Pakistan dan Polri bekerja sama dalam perburuan para buronan narkoba tersebut. "Kita meminta China dan Pakistan segera menginformasikannya ke Polri, bila ada tersangka warga Indonesia yang ditahan di negara mereka, serta diberikan akses untuk penyelidikan bersama," kata Thanos. Pertemuan bilateral dengan kepolisian China dilakukan langsung oleh Deputi Dirjen Biro Pengawasan Narkotika China, Liu Yuejin, dan Direktur Divisi Penyelidikan Kejahataan Psikotropika, Lan Weihong. Dengan Pakistan Sementara pertemuan dengan Pakistan dilakukan setelah dengan delegasi China. Pertemuan dengan Pakistan dilakukan dengan Direktur Badan Anti Narkotika Pakistan Parvez Sarwar Khan. "Kami dari Pakistan siap bekerja sama dalam segala aspek," kata Khan, yang antusias bekerja sama, mengigat wilayahnya merupakan transit sekaligus produsen narkoba. Khan juga menyetujui untuk dilakukan kerja sama dalam bentuk pengawasan jalur pengiriman (control delivery) bagi barang yang diselundupkan ke kedua negara, berikut kerja sama melalui kedutaan besar di masing-masing negara. "Kami bahkan mengundang tim dari Polri agar berkunjung ke Pakistan untuk melihat secara langsung upaya penanganan dan fasilitas yang ada di Pakistan," kata Khan lagi. Lebih jauh Kombes Pol. Siswandi Adia menjelaskan kerja sama dengan China memang mendesak, mengingat mafia China merupakan salah satu yang memiliki jaringan luas di seluruh dunia. Namun peran pemerintahnya juga cukup serius dalam memberantas peredaran narkotika. China sendiri menurut Siswandi, sangat menginginkan pertukaran informasi dan data intelijen, guna mendukung informasi data yang telah dimilikinya. Meluasnya sindikat narkotika di dunia, kata Siswandi, karena dipicu faktor global sehingga mendorong kegiatan narkotika yang kian mentransnasional juga. Ia kemudian mencontohkan penangkapan terhadap Benny Sudrajat yang memiliki pabrik sabu-sabu dan ekstasi. Jaringannya ternyata melibatkan warga Belanda dan Perancis untuk mengedarkan ekstasi, sedangkan dengan warga China khusus pembuatan sabu-sabu. Sedangkan buronan Polri yang masih diterus diburu adalah warga Taiwan, Huang Wen Jhang, otak sekaligus pemilik empat pabrik ekstasi di Batam yang digrebek tim Mabes Polri akhir 2007. Huang sempat kabur, namun pabriknya diketahui telah menghasilkan jutaan ekstasi di Indonesia. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008