Denpasar (ANTARA News) - Energi listrik yang dihasilkan dari daur ulang sampah di proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu (IPST) di kawasan Suwung, Denpasar, akan segera terhubung dengan jaringan sistem kelistrikan di Bali. "Dalam perencanaan daur ulang sampah itu diharapkan mampu memasok 9,6 MW pada tahun 2009-2010, sehingga dapat menambah pasokan energi listrik di Bali," kata Kepala Badan Pengelola Kebersihan di wilayah Kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Serbagita) I Made Sudarma di Denpasar, Sabtu. Ia mengatakan, pengolahan sampah oleh PT Navigat Organic Energy Indonesia (NOEI) menjadi energi listrik itu, dalam tahap pertama diharapkan menghasilkan dua megawatt pada bulan Agustus 2008, dan kapasitasnya secara bertahap dapat ditingkatkan hingga mencapai 9,6 MW. Pembangunan proyek instalasi pengelolaan sampah terpadu membutuhkan investasi sedikitnya 20 juta dolar AS, dirancang mampu mengelola 800 ton sampah per hari yang berasal dari sisa-sisa yang tidak berguna di empat kota/daerah yang tergabung dalam "Serbagita". "Pihak investor baru-baru ini mendatangkan sebuah alat canggih dari Inggris untuk mendeteksi gas yang terkandung dalam sampah sebelum diolah menjadi energi listrik," ujar Sudarma. Ia menjelaskan, alat tersebut kini masih dalam uji coba sekaligus telah mampu menghasilkan listrik hasil pengolahan sampah. "Proyek tersebut masih dalam proses penyempurnaan dan tahap pertama diharapkan sudah beroperasi bulan Agustus 2008 dengan kapasitas dua MW," ujar Sudarma. Pengelolaan sampah dengan menerapkan teknologi "landfill" mampu menghasilkan energi listrik, disamping menangani masalah sampah secara tuntas. Pembangunan proyek yang digarap sejak akhir 2005 itu berada di atas lahan seluas enam hektar yang disediakan pemerintah di pinggiran kota Denpasar. Kehadiran proyek tersebut selain mampu menghasilkan energi listrik, sekaligus mengelola sampah dengan baik, dalam upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta memperbaiki kondisi sekitar tempat penampungan akhir (TPA) sampah di Suwung yang selama lokasinya tercemar akibat sampah yang tidak tertangani. I Made Sudarma menjelaskan, sampah di TPA Suwung setiap harinya bertambah rata-rata 3.000 meter kubik yang dikelola sedemikian rupa termasuk melakukan proses pemilihan sebelum diolah. Sedangkan sampah lama dengan tumpukan yang memenuhi areal seluas 14 hektar itu, di dalamnya dipasangi pipa untuk menangkap gas methan. Sampah pada bagian permukaan ditutupi tanah, sehingga sampahnya tidak terlihat. Dalam kurun waktu beberapa tahun, biogas diambil, sehingga sampah menjadi terdegradasi dan volume tumpukan menjadi menipis. Cairan yang keluar dari sampah selama proses degradasi akan ditampung dan dikelola dalam instalasi "water treatment". Sementara untuk sampah baru masuk ke IPST, yang sebelumnya telah dipilah terlebih dulu. Sampah baru yang masih basah setelah dicacah dimasukkan ke dalam digester untuk menghasilkan biogas dan kompos. Sementara sampah baru kering (plastik) diolah dengan "pirolisis" dan "gassification", yakni pemanasan tinggi tanpa oksigen. Proses tersebut menghasilkan "syntetic" gas dan selanjutnya biogas yang diperoleh dari sampah baru dan sampah lama melalui gas engine akan dikonversikan menjadi energi listrik. Masyarakat memperoleh manfaat yang cukup besar dari pengembangan IPST, seperti memulihkan kondisi TPA Suwung yang kini penuh dengan tumpukan sampah, sekaligus menangani kebersihan yang sangat positif bagi citra pariwisata Bali. "Pembangunan IPST merupakan salah satu wujud upaya bersama membangun `win-win solution` yang adil kepada setiap pihak, yakni pemerintah, mitra swasta dan masyarakat termasuk lingkungan," ujar Made Sudarma.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008
1. e. matahari tdk maksimal saat malam
2. e. air tdk maksimal saat kemarau
3. e. angin tdk maksimal saat angin tidak berhembus
4. sampah SELALU dihasilkan setiap hari dan SELALU bertambah seiring pertumbuhan penduduk
manfaatkan dengan bijak.