Baghdad (ANTARA News) - Seorang perempuan Irak yang melakukan peledakan di dua pasar hewan di Baghdad ibukota Irak, Jumat, menewaskan sedikitnya 72 orang dan melukai tak kurang dari 150 orang, kata satu sumber di Kementerian Dalam Negeri. Ledakan pertama yang dilakukan oleh seorang perempuan pembom bunuh diri yang meledakkan dirinya di antara kerumunan orang di pasar terkenal Al-Ghazil di Baghdad tengah pada pagi hari membuat sedikitnya 38 orang tewas dan 82 orang lagi cedera, kata sumber itu --yang tak ingin disebutkan jatidirinya. Pasar tersebut telah beberapa kali menghadapi serangan selama satu tahun terakhir dan serangan paling akhir menewaskan 13 orang serta melukai 57 orang pada 23 November. Dalam serangan itu, bhan peledak disembunyikan di satu kotak yang digunakan untuk membawa burung. Pemboman Jumat pun dilanarkan dengan pola serupa. Ledakan kedua terjadi sekitar 20 menit kemudian di pasar-hewan lain di Baghdad selatan, menewaskan 27 orang dan melukai 67 orang lagi, kata sumber yang sama. "Satu bahan peledak, yang disembunyikan di satu kotak berisi burung, meledak di pasar terkenal di wilayah permukiman Syiah di Baghdad, Al-Jadida. Namun jurubicara keamanan Irak menduga peristiwa tersebut dilakukan oleh dua perempuan penyerang yang mengalami gangguan mental. Mayor Jenderal Qassim Moussawi, jurubicara bafi rencana keamanan di Baghdad, mengatakan beberapa telefon genggam ditemukan di tempat tersebut dan diduga bahan peledak yang dipasang di tubuh kedua perempuan yang mengalami gangguan mental itu diledakkan melalui pengendali jarak jauh. Karena makin banyak wilayah di Irak ditutup bagi kendaraan dalam upaya menghindari pemboman mobil dan pemeriksaan pembom bunuh diri kian ketat, perempuan telah menjadi pembawa bom yang tepat karena mereka biasanya mengenakan pakaian tradisional panjang dan dapat melewati pos pemeriksaan jika tak ada perempuan yang menjadi pemeriksan. Dua pemboman bunuh diri oleh perempuan penyerang telah dilaporkan sejak Desember di provinsi Diyala, yang bertetangga. Pemboman Jumat adalah yang paling mengerikan selama berbulan-bulan di ibukota kota Irak itu dan menjadi ingatan kuat bahwa pertumapahan darah spektakuler tetap bisa terjadi kendati belum lama ini keadaan tenang. Keamanan telah meningkat di Irak sejak Juni, ketika tentara AS melancarkan serangan setelah memperoleh tambahan tentara. Aksi perlawanan terhadap Al-Qaida dan gencatan senjata yang ditawarkan oleh milisi Syiah utama juga memberi sumbangan bagi perubahan itu. Namun, para perwira militer AS di Irak telah memperingatkan Al-Qaida masih mampu melancarkan serangan berskala besar. Menurut laporan Rabu oleh Opinion Research Business, yang berpusat di London, hingga Agustus 2007, sebanyak satu juta orang Irak telah tewas sejak serbuan pimpinan AS pada 2003, demikian AFP.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008