Jika melihat data ekspor lobster, kepiting, dan rajungan yang melalui Balai Besar KIPM Makassar, terlihat bahwa tidak ada ekspor lobster pada tahun 2018 dan 2019

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat volume ekspor produk perikanan Sulawesi Selatan pada periode Mei 2019 mencapai 15.089 ton atau setara Rp444,1 miliar, atau meningkat 602,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2018.

Kepala Balai Besar Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan (KIPM) Makassar, Sitti Chadidjah, dalam siaran pers KKP yang diterima di Jakarta, Jumat, mengungkapkan ekspor perikanan Sulsel periode Mei 2019 masih didominasi oleh komoditas rumput laut yang mencapai 83 persen, disusul oleh komoditas karaginan sebesar 4 persen.

Sitti menyebutkan peningkatan ekspor rumput laut yang berpengaruh pada peningkatan ekspor komoditas perikanan secara umum ini terjadi karena pemberlakuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP) Nomor 18 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Permen KP Nomor 50 Tahun 2017 tentang Jenis Komoditas Wajib Periksa Karantina Ikan, Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan.

Dengan pemberlakuan regulasi tersebut, lanjutnya, maka pencatatan ekspor rumput laut di Balai Besar KIPM Makassar meningkat signifikan.

Adapun negara tujuan utama ekspor rumput laut Sulsel adalah Tiongkok, sedangkan untuk produk turunannya berupa karaginan diekspor ke Tiongkok dan Amerika Serikat.

Selain rumput laut dan karaginan, ekspor komoditas perikanan Sulsel juga turut diramaikan komoditi udang vannamei, tuna, dan tenggiri yang berturut-turut sebesar 3 persen, 2 persen, dan 1 persen.

Namun Sitti mengakui, terjadi penurunan pada ekspor komoditas lobster, kepiting, dan rajungan. Ia berpendapat, hal ini terjadi karena kenaikan biaya logistik.

"Jika melihat data ekspor lobster, kepiting, dan rajungan yang melalui Balai Besar KIPM Makassar, terlihat bahwa tidak ada ekspor lobster pada tahun 2018 dan 2019," ujar Sitti.

Sementara untuk komoditas kepiting dan rajungan, lanjutnya, terlihat bahwa volume ekspor tahun 2019 menurun bila dibandingkan dengan volume ekspor tahun 2018. Hal ini ditenggarai karena kenaikan biaya logistik.

Baca juga: KKP dorong industrialisasi budi daya ikan patin

Baca juga: Ekspor patin ke Arab Saudi untuk kebutuhan jamaah haji

Baca juga: SKIPM Mamuju awasi ekspor ikan terbang ke Jepang

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019