Jakarta (ANTARA News) - Pembentukan awan (kondensasi) saat ini sudah menutupi hampir sepanjang pulau Jawa, khususnya di sebelah utara sehingga hujan yang sering dan panjang memang cukup berpeluang. "Yang perlu lebih dikhawatirkan kalau awan-awan hujan tersebut banyak terbentuk di bagian selatan Jawa, di atas hulu-hulu sungai yang mengalir ke Jakarta atau kota-kota lain," kata Kepala Balitbang Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Prof Dr Mezak Rataq di Jakarta, Jumat. Jika pembentukan awan-awan hujan terjadi di sebelah selatan Jawa sebelah barat, tempat hulu-hulu sungai yang mengalir ke Jakarta maka ibukota Jakarta bisa terkena banjir besar lagi seperti kejadian banjir tahun lalu, katanya. "Tetapi kejadian yang ada di Jakarta hari ini cenderung merupakan `genangan`, karena drainase yang amat sangat buruk. Sehingga air hujan tak mengalir dengan baik dan naik ke jalan dan rumah-rumah," katanya. Menurut dia, fase aktif intra-musiman MJO (Madden-Julian Oscillation), yang memicu pembentukan hujan, memang sudah masuk lagi ke Indonesia dimulai dari sebelah barat dan merambat ke timur. "Periodisitas MJO sekitar 30-50 hari. Jadi fase aktif seperti yang terjadi akhir Desember yang lalu sudah masuk ke Indonesia lagi, dan terutama mempengaruhi sebelah selatan ekuator," katanya. Ia juga mengatakan, kalau yang lalu pola spasial sel MJO adalah persegi panjang, kali ini agak oval, miring membujur dari barat laut ke tenggara, mirip bumerang. MJO, urainya, adalah osilasi/gelombang tekanan atau pola tekanan tinggi-tekanan rendah dengan perioda 30 sampai 50 hari yang menjalar dari barat ke timur. Fenomena ini ditemukan Madden dan Julian pada tahun 1971, tetapi baru sepuluh tahun terakhir disadari lagi pentingnya analisis meteorologi dengan metode ini, ujarnya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008