"Atas kunjungan mereka tersebut yang telah menepis sendiri kampanye negatif di luar negeri terkait industri sawit Indonesia tidak ramah lingkungan, faktanya mereka masih menemukan sungai yang mengalir bagus, flora dan fauna langka seperti burung enggang, monyet yang diisukan punah tersebut," kata Ferry di Pekanbaru, Kamis.
Menurut dia, selain menemukan lingkungan yang masih bagus di Riau, mereka juga melihat sendiri di lapangan kondisi kebun masyarakat dengan sampelnya pada sejumlah petani plasma PTPN V.
Baca juga: Petani sawit Riau "curhat" ke delegasi negara Uni Eropa
Artinya, Indonesia khususnya Riau sudah bebas "UE labelling" atau Riau pada tahun 2019 diharapkan juga bakal bebas dari kampanye negatif di luar negeri tersebut.
"Pada minggu kedua Ramadhan 2019, Tim delegasi Uni Eropa kembali melakukan penelitian yang sama ke Riau, kita berharap saat mereka kembali ke Eropa dan menulis lagi ke media internasional bahwa Riau bebas dari UE labelling itu," katanya.
Sebab saat mendampingi sendiri tim delegasi Uni Eropa itu, kata Ferry lagi, mereka masih tetap menemukan sungai dengan airnya yang mengalir baik, masih ada satwa langka yang terlindungi sepeti enggang, monyet dan satwa dilindungi lainnya.
Baca juga: Ekspor CPO Riau triwulan I 2019 turun 23 persen
Tanaman kelapa sawit saat ini tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Provinsi Riau pada tahun 2014 dengan luas areal seluas 2,30 juta Ha merupakan provinsi yang mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul berturut-turut Provinsi Sumatera Utara seluas 1,39 juta Ha, Provinsi Kalimantan Tengah seluas 1,16 juta Ha dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha serta provinsi-provinsi lainnya.
Pewarta: Frislidia
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2019