Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan perubahan level bunga Fed Fund merupakan salah satu variabel yang dipantau untuk kebijakan moneternya, namun kini lebih mencermati tekanan inflasi dalam negeri yang masih tinggi pada dewasa ini.
"Yang perlu lebih dicermati tekanan inflasi dalam negeri dewasa ini, sehingga sementara ini jangan ditambah lagi oleh perubahan BI rate," kata Direktur Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, Made Sukada, di Jakarta, Kamis.
Bank Sentral AS (The US Federal Reserve) kembali memangkas suku bunga utamanya, Fed Fund, sebesar 50 basis poin, Rabu waktu setempat (Kamis pagi WIB), menjadi tiga persen. Penurunan itu dilakukan sepekan setelah tindakan penurunan suku bunga darurat 75 basis poin pada Selasa pekan sebelumnya, untuk meredakan gejolak pasar global di tengah kekhawatiran ekonomi AS yang sudah berada di ambang resesi.
Made mengisyaratkan BI rate belum akan diturunkan dalam waktu dekat, karena fokus kebijakan moneter pada pengendalian inflasi di dalam negeri.
Sementara itu, Ekonom Lippobank, Winang Budoyo, mengatakan penurunan suku bunga AS itu belum menjadi perhatian utama bagi para bankir di bank sentral Indonesia.
Tekanan inflasi yang terus meningkat masih menjadi perhatian utama BI. "Jadi saya pikir BI rate tetap akan pada 8 persen," katanya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 Januari mempertahankan suku bunga acuan BI, BI Rate, pada level 8 persen, karena melihat kondisi perekonomian yang terjadi saat ini.
Keputusan tersebut diambil setelah melakukan evaluasi terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia 2007, prospek ekonomi moneter ke depan dan berbagai faktor risiko yang dihadapi, serta pencapaian sasaran inflasi lima plus minus satu persen pada 2008, kata Gubernur BI. (*)
Copyright © ANTARA 2008