Nairobi (ANTARA News) - Pejabat tinggi AS urusan Afrika, Jendayi Frazer, mengatakan Rabu, "pembersihan etnik" terjadi di Kenya dengan pembunuhan brutal dan pengusiran penduduk, karena kekerasan pasca pemilihan umum di provinsi Rift Valley sengaja dirancang untuk menghalau suku tertentu dari wilayah tersebut. Frazer, yang berada di Addis Ababa untuk menghadiri pertemuan puncak Uni Afrika, mengatakan seperti dikutip BBC, "terjadi pembersihan etnik yang jelas di Rift Valley," daerah pusat konflik Kenya. Asisten Menteri Luar Negeri AS itu mengatakan, stasiun-stasiun radio setempat mengobarkan kekerasan dan korban-korban yang diwawancarainya selama kunjungan sebelumnya ke Kenya mengatakan bahwa kelompok-kelompok orang datang ke rumah mereka dan memaksa mereka pergi. Komentar Frazer itu menggemakan pernyataan-pernyataan sebelumnya, baik oleh Presiden Mwai Kibaki maupun pemimpin oposisi Raila Odinga, yang menuduh masing-masing pihak melakukan kekejaman, termasuk pembersihan etnik, setelah pemilihan umum itu. Kelompok advokasi Human Rights Watch mengatakan oposisi merencanakan kekerasan di Rift Valley yang berdimensi etnik dan meluas ke wilayah-wilayah lain negara Afrika timur tersebut. Pernyataan wakil AS itu disampaikan ketika mantan Sekretaris Jendral PBB Kofi Annan akan memulai perundingan resmi Kamis antara kedua pihak terkait dengan krisis yang disulut oleh pemilihan umum bulan lalu itu, yang kata Odinga telah dicurangi. Lebih dari 800 orang tewas dan 250.000 orang kehilangan tempat tinggal dalam kekerasan itu, yang merupakan konflik terburuk Kenya sejak kemerdekaan negara tersebut dari Inggris pada 1963.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008