Jakarta (ANTARA News) - Cak Kandar, perupa yang dalam rentang waktu 1969-1993-an terkenal dengan media lukis bulu, akan memamerkan karya baru yang disebutnya "lain dari yang lain", yang merupakan hasil eksplorasi spiritualnya. Dalam pameran bertajuk "olah rasa" yang rencananya dibuka Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari di Jakarta pada Kamis (31/1), Cak Kandar akan menampilkan sekitar 60 karya lukis yang menurutnya dibuat dengan olah rasa, melalui suatu pencarian dan penggalian makna hidup. "Tidak seperti biasanya saya melukis, kali ini lain, ini melibatkan perasaan. Saya berusaha memasuki wilayah tasawuf, menggali hal-hal yang tersembunyi," katanya. Kadang ia memulainya dengan kanvas kosong tanpa mempersiapkan konsep terlebih dulu, membiarkan intuisi membimbingnya membikin sebuah karya seni rupa yang dia ingini. Ia beberapa hari menghabiskan 14 jam waktunya dalam sehari untuk membuat ribuan titik di kanvas dengan cat aneka warna. "Menitik-nitik membuat saya sadar bahwa saya tidak bisa bergerak tanpa kekuasaan Sang Khalik, saya seperti sedang berdzikir, jadi ini menjadi semacam perjalanan spiritual bagi saya," katanya. "Kadang saya bikin dengan memutuskan nalar dan logika, saya mulai dengan kanvas kosong, tanpa konsep. Orang-orang yang berorientasi pada akurasi dan obyektifitas mungkin akan sulit menerimanya," katanya. Dan dengan keahlian yang melekat padanya, Cak Kandar menuangkan intuisi dan perjalanan spiritualnya ke atas kanvas, menjadi lukisan-lukisan yang sejatinya merupakan simbolisasi dari hasil pemikiran dan renungannya, seperti lukisan ka`bah dengan titik-titik kecil aneka warna yang melingkarinya seperti pusaran. "Lingkaran-lingkaran itu melambangkan pusaran hidup. Lingkaran yang dimulai dari dalam ke luar simbol pencapaian duniawi sedang lingkaran yang dimulai dari luar menuju ke dalam merupakan simbol pencapaian akhirati," katanya. Menurut Cak Kandar, tiga karya yang dia anggap sebagai masterpiece yang akan dipamerkan adalah lukisan dengan judul "Spiritual Journey", "Energy of Ka`bah" dan "Energy of Hajar Aswad." (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008