Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, mengatakan rupiah diperkirakan bisa mencapai angka Rp9.200 per dolar AS, karena pasar optimis bank sentral AS (The Fed) kembali akan menurunkan suku bunganya. "The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin nanti malam yang akan memicu rupiah terus menguat menjauhi level Rp9.300 per dolar AS," kata pengamat pasar uang yang juga Dirut PT Finance Corpindo itu, di Jakarta, Rabu. Menurut Edwin, apabila rupiah berada pada posisi Rp9.200 per dolar AS, itu tidak membuat eksportir merasa kesulitan melakukan kegiatan usahanya di pasar ekspor. Eksportir akan mendapat kesulitan apabila rupiah meningkat tajam hingga mencapai angka Rp8.500 per dolar AS, ucapnya. Karena tingkat rupiah pada level itu dinilai masih wajar dan dalam batas yang telah ditetapkan pemerintah, ujarnya. Namun, lanjut dia, kenaikan rupiah itu harus diwaspadai, karena bukan didukung oleh faktor fundamental ekonomi, melainkan faktor eksternal yang suatu saat bisa berubah. Faktor eksternal yang positif bisa menjadi faktor negatif, sehingga menekan rupiah kembali terpuruk dalam waktu singkat, karena kenaikan rupiah harus ditahan yang terlalu cepat, katanya. Ditanya mengenai peluang Bank Indonesia (BI) mengenai BI Rate, menurut dia, peluang BI menurunkan suku bunga acuan memang cukup besar, namun harus melihat juga laju inflasi bulan Januari, apabila terkendali maka penurunan BI Rate akan terjadi. Apalagi BI juga menetapkan pada tahun ini BI Rate akan turun dua kali hingga menjadi 7,5 persen dari 8 persen, ucapnya. Peluang BI Rate untuk turun, menurut dia, paling besar pada semester kedua dan menjelang akhir tahun ini, masing-masing sebesar 25 basis poin, ucapnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008