Singapura (ANTARA News) - Harga minyak merangkak naik di perdagangan Asia, Rabu, menjelang perkiraan pemangkasan kembali tingkat suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS), kata para pelaku pasar. Harga minyak juga memperoleh sokongan dari perkiraan bahwa OPEC akan membiarkan kuota produksi minyak saat ini tidak berubah, saat digelarnya pertemuan ke-13 anggota kartel minyak itu di Wina, Jumat (1/2), guna membahas tingkat produksinya, kata mereka. Dalam perdagangan Rabu pagi, kontrak minyak utama New York, light sweet untuk pengiriman Maret, naik 77 sen menjadi 92,41 dolar AS per barel dibandingkan penutupan kemarin 91,64 dolar per barel di Bursa Marcantile New York. Minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Maret naik 57 sen menjadi 92,57 dolar per barel. Para analis memprediksi bahwa bank sentral AS, Federal Reserve kembali memangkas suku bunga pada akhir pertemuan dua hari mereka yang dimulai Selasa. Sebuah keputusan diharapkan akan diumumkan pada Rabu ini sekitar pukul 19.15 GMT. Pemangkasan suku bunga itu apakah akan mengangkat ekonomi AS atau tidak--sehingga mencegah tren penurunan permintaan minyak--belum akan diketahui segera, kata Justin Wilks, direktur operasi dan perdagangan Global Commodities, manajer dana komoditi Australia yang berkantor pusat di Adelaide. "Dampak pemangkasan suku bunga butuh waktu beberapa bulan untuk terlihat di pasar. Kami hanya harus lihat dan tunggu," katanya kepada AFP. "Tentu saja akan terjadi sedikit sentimen atas kemungkinan resesi di AS," kata Wilks. Suku bunga bank sentral AS kini pada tingkat 3,50 persen setelah pemangkasan darurat pekan lalu, sebuah langkah yang diambil untuk meredam gejolak pasar keuangan dunia yang dipicu oleh kecemasan terjadinya resesi di ekonomi terbesar dunia itu. Para pedagang kini memantau langkah Fed secara ketat sebab AS adalah pengguna energi terbesar dunia dan pelemahan pertumbuhan ekonomi di AS dapat menurunkan permintaan minyak. "Gerakan-gerakan ekuitas pasar ekspektasi pertumbuhan ekonomi dan spekulasi atas langkah kebijakan moneter di masa datang terus menjadi isu yang diantisipasi pasar," kata analis Barclays Capital, Kevin Norrish. Para pedagang juga memperkirakan bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) akan mempertahankan kuota produksinya saat ini pada pertemuan Jumat mendatang. "Saya tidak melihat alasan mereka akan menurunkan produksi. Anda akan berpikir mereka senang dengan harga sekarang," kata Wilks. Secara keseluruhan OPEC kini menguasai 40 persen produksi minyak mentah dunia. "Harga dipengaruhi tidak hanya oleh faktor fundamental suplai dan permintaan tetapi juga oleh sejumlah faktor lain dan oleh karena itu tidak akan ada alasan bagi kita untuk mempertimbangkan adanya intervensi lain dalam hal ini," kata Menteri Muda Perminyakan Nigeria, Odein Ajumogobia, Selasa. (*)
Copyright © ANTARA 2008