Penelitian-penelitian kebencanaan lebih banyak dipublikasikan melalui jurnal-jurnal, tidak langsung disampaikan kepada pembuat kebijakan
Kabupaten Bogor (ANTARA) - Informasi kebencanaan berdasarkan penelitian-penelitian ilmiah perlu disampaikan kepada publik dengan menggunakan bahasa yang sederhana melalui berbagai media, kata Kepala Seksi Mitigasi Bencana Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Abdul Muhari.
"Ada beberapa celah dalam menginformasikan bencana. Celah itu yang perlu dijembatani," katanya dalam salah satu sesi Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan 2019 yang diadakan di Kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC) Sentul, Kabupaten Bogor, Rabu.
Celah informasi yang terjadi pertama adalah antara para peneliti dan ilmuwan kebencanaan dengan masyarakat dan orang biasa.
Informasi-informasi ilmiah dan teknis dari para peneliti, apalagi yang hanya dipublikasikan melalui jurnal-jurnal, kata dia, sering kali tidak ditangkap atau dipahami oleh masyarakat.
"Di Jepang, setiap tiga bulan ada kuliah umum yang bisa diikuti oleh masyarakat, menampilkan para pakar kebencanaan yang menyampaikan paparan dengan bahasa yang sederhana," tutur Muhari.
Celah informasi itu, katanya, juga terjadi antara para peneliti dengan para pembuat kebijakan. Ketika terjadi bencana, para peneliti bersuara sudah memperkirakan kemungkinan bencana.
"Masalahnya, tidak ada forum untuk peneliti dan pembuat kebijakan duduk bersama. Penelitian-penelitian kebencanaan lebih banyak dipublikasikan melalui jurnal-jurnal, tidak langsung disampaikan kepada pembuat kebijakan," katanya.
Celah informasi yang fundamental, menurut Muhari, antarilmuwan. Terdapat celah antara peneliti ilmu alam dan peneliti ilmu terapan, antara peneliti ilmu alam dan peneliti ilmu sosial, serta antara peneliti ilmu terapan dan peneliti ilmu sosial.
"Di Jepang, ada forum bagi para ilmuwan dari antardisiplin ilmu. Di Indonesia, hal itu masih kurang dilakukan," ujarnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Universitas Pertahanan dan Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) mengadakan Pertemuan Ilmiah Tahunan Riset Kebencanaan 2019 di Kompleks Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC), Sentul, Kabupaten Bogor.
Pertemuan tersebut merupakan pelaksanaan yang keenam untuk mengumpulkan para ahli kebencanaan, guna meningkatkan budaya riset dan memberikan pemikiran secara komprehensif, holistik, dan sistemik.
Baca juga: Media diminta ubah paradigma pemberitaan kebencanaan pada solusi
Baca juga: KKP : informasi ilmiah di media kerap kali timbulkan polemik
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019