Samarinda (ANTARA News) - Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyatakan telah mengumpulkan sejumlah barang bukti dari bangkai pesawat Cassa 212 yang jatuh di Tidung Payau, pedalaman Malinau, Kalimantan Timur, Sabtu lalu (26/1).Tiga anggota tim KNKT yang baru saja selesai mengambil barang bukti dari lokasi kejadian, tiba di Bandara Temindung, Samarinda sekitar pukul 16:50 WITA.Dengan sudah diambilnya barang bukti diantaranya CVR (Cockpit Voice Recorder), maka tim KNKT akan segera meneliti sebab-sebab jatuhnya pesawat milik PT Dirgantara Air Service (DAS) itu, termasuk rekaman terakhir pembicaraan pilot, kata anggota KNKT Kapten Khaerudin di Samarinda, Selasa. Kecelakaan pesawat Cassa 212 seri 200 tersebut telah menewaskan seluruh awaknya yakni Pilot Sumiskun, Co-pilot Cliff Wattimena dan mekanik Darsono. Disinggung mengenai kelayakan alat navigasi di pesawat, ia mengatakan masih dalam kondisi bagus, kendati hal tersebut masih perlu dikaji lebih mendalam. Seluruh barang bukti yang ada akan diteliti di Jakarta, namun ia tidak bisa memastikan kapan penyebab kecelakaan sudah bisa diketahui. Mengenai kondisi tempat kejadian, ia mengatakan cukup sulit dijangkau karena berada di perbukitan dan memakan waktu perjalanan sekitar empat jam melalui jalan setapak. "Kondisi medan cukup sulit," ujarnya. Berdasarkan informasi dari pilot PT DAS Sofyan M. Lumbantobing, yang turut membantu tim KNKT, barang bukti yang juga dibawa selain rekaman suara pilot adalah "log book" dan manifes penerbangan. Ia menjelaskan, kondisi kelayakan terbang pesawat nahas itu dapat diketahui dari manifes penerbangan, sedangkan catatan mengenai kondisi penerbangan dapat diketahui dari yang ditulis awak pesawat dalam log book. "Namun, informasi paling penting untuk diteliti adalah rekaman suara pilot dari CVR karena Cassa tidak memiliki perangkat Black Box (kotak hitam)," katanya. Di Bawah Standar Kapten Sofyan menambahkan, tim KNKT juga sempat memeriksa kelayakan lapangan udara di Long Ampung. Sofyan membenarkan kondisi lapangan udara di Long Ampung di bawah standar. Menurut dia, lapangan udara perintis itu dikelilingi bukit-bukit dengan ketinggan sekitar 4.000 meter. Sedangkan panjang landas pacu yang dilapisi aspal mencapai 900 meter yang di salah satu ujung landasan terdapat aliran Sungai Barang. Ia mengatakan, panduan yang paling bisa diandalkan adalah pandangan mata seorang pilot, selain alat navigasi berupa nondirectional radio beacon (NDB). Sedangkan, peralatan navigasi standar lainnya seperti VOR (Very Omni Range), ILS (Instruction Landing System) dan GPS (Global Positioning System) tidak dapat digunakan karena minimnya fasilitas di lapangan udara itu. "Pilot hanya mengandalkan visual saja. Bila tidak kelihatan, lebih baik pulang," katanya. Sebelumnya, Manajer PT. DAS Area Kaltim Ramly Effendi Siregar juga sempat mengatakan, awak pesawat Cassa tidak dapat berkomunikasi dengan petugas lapangan udara karena saat itu radio di Long Ampung dalam keadaan rusak dan tidak ada petugas yang berjaga di darat.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008