Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Selasa sore makin mendekati Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar berlanjut memburu mata uang lokal mengantisipasi pertemuan bank sentral AS (The Fed) yang berencana menurunkan lagi suku bunganya. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat menjadi Rp9.316/9.320 per dolar AS dibanding penutupan sehari sebelumnya Rp9.347/9.351 per dolar AS atau naik 31 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar makin memburu rupiah sehingga mata uang Indonesia terus menguat hingga mendekati angka Rp9.300 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan bisa mencapai level Rp9.300 per dolar AS, apabila Bank Indonesia (BI) tidak melakukan intervensi pasar," katanya. Menurut dia, BI kemungkinan akan masuk pasar, karena posisi rupiah pada angka Rp9.300 per dolar kurang menguntungkan bagi produk ekspor Indonesia. Penguatan rupiah yang berlanjut ada dampak negatif terhadap penjualan produk domestik di pasar ekspor, katanya. Rupiah, lanjutnya, kemungkinan akan bertahan pada kisaran antara Rp9.315/9.320 per dolar AS, meski sentimen positif masih menyelimutinya. "Kami memperkirakan pergerakan rupiah tidak akan bergerak jauh, sekalipun masih ada sentimen positif, karena masuknya BI di pasar," katanya. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga dalam kaitan ini mengatakan, kegiatan usaha di pasar uang dan saham berjalan normal, meski sejumlah pejabat BI dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK mengenai penyaluran dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp31,5 miliar. "Tidak ada pengaruh negatif terhadap pasar uang maupun pasar saham setelah sejumlah pejabat BI ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK," katanya. Menurut dia, hal ini terbukti dengan makin menguatnya rupiah hingga mendekati level Rp9.300 per dolar AS, meski untuk menuju angka tersebut agak berat. "Kami memperkirakan rupiah bisa saja mencapai level Rp9.300 per dolar AS, apabila BI membiarkan rupiah bergerak sesuai dengan kehendak pasar," ucapnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008