New York (ANTARA News) - Dolar AS melemah terhadap euro dan mata uang lainnya, Senin, karena meningkatnya harapan bahwa Federal Reserve akan menurunkan tingkat suku bunganya lagi, kata para dealer. Bank Sentral AS memperluas ekspektasi untuk menurunkan beban pinjaman lagi pada akhir pertemuan dua harinya Rabu, di tengah memuncaknya ketidakpastian ekonomi dan kekhawatiran AS akan tergelincir ke dalam sebuah resesi. Euro telah meloncat naik menjadi 1,4782 dolar sekitar 2200 GMT dibandingkan dengan 1,4680 dolar akhir Jumat di New York. Pound Inggris dipindahtangankan pada 1,9842 dolar, naik dari 1,9830 dolar pada Jumat. The Fed menurunkan suku bunga utamanya, suku bunga federal funds, tiga perempat persentase poin, terbesar dalam sejarah, pada Selasa menjadi 3,50 persen di tengah memburuknya kemerotasa sektor perumahan, kredit ketat dan penurunan tajam pasar saham dunia. Saham-saham Wall Street ditutup menguat Senin, namun masih tak menentu. Data terbaru pasar perumahan AS Senin, yang menunjukkan penjulan rumah baru turun 26,4 persen menjadi diperkirakan 774.000 properti selama 2007, mendorong ekspektasi penurunan suku bunga lagi oleh the Fed. Para analis terpecah, apakah the Fed akan menurunkan suku bunganya 25 atau 50 basis poin dalam upaya menyokong momentum ekonomi. "Kami yakin the Fed akan menurunkan suku bunganya 25 basis poin, lebih menyukai untuk mengamankan amunisi untuk hari lainnya," kata seorang ananli di Forex Capital Markets. Para spekulan secara umum lebih menyukai untuk menahan uangnya dengan potensi suku bunga tinggi karena mereka akan memperoleh imbal hasil besar dari investasi mereka. Pound masih menguat meski ada komentar dari David Blanchflower, seorang anggota Komite Kebijakan Moneter (MPC) Bank Sentral Inggris (BoE), yang mengatakan bank sentral Inggris akan mengikuti penurunan suku bunga the Fed. Dolar menguat menjadi 106,87 yen dari 106,76 yen akhir Jumat. dalam perdagangan terakhir di New York, dolar turun menjadi 1,0890 franc Swiss dibandingkan dengan 1,0965 franc akhir peka lalu, demikian AFP.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008