Banda Aceh (ANTARA News) - Program Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) atau Segitiga Pertumbuhan Indonesia-Malaysia-Thailand hingga saat ini belum dirasakan manfaatnya oleh dunia usaha Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam) NAD). "Selama satu tahun kami memimpin Aceh belum ada yang menggembirakan dari IMT-GT. Saat ini kita sedang mengevaluasi," kata Wakil Gubernur NAD, Muhammad Nazar usai meresmikan Aceh Bisnis Forum di Banda Aceh, Senin. Keuntungan yang baru dirasakan dengan lahirnya IMT-GT yaitu masyarakat Aceh tidak memerlukan fiskal jika berkunjung ke Malaysia menggunakan paspor Aceh. Masyarakat Aceh yang bepergian ke Malaysia bebas fiskal, ujarnya. Tapi keuntungan di bidang bisnis masih memerlukan upaya yang lebih serius dan terus menerus agar pengusaha Thailand dan Malaysia lebih tertarik berbisnis dan bermitra dengan pengusaha di provinsi Aceh. "Kita tidak bisa mengatakan IMT-GT mati suri, tetapi belum ada manfaatnya yang dirasakan secara konkrit oleh masyarakat Aceh," kata Muhammad Nazar. Aceh merupakan salah satu dari sepuluh provinsi di Indonesia yang menjadi bagian dari IMT-GT yang bermula sejak 1991 dan diresmikan pada pertemuan di Langkawi pada Juli 1993 dengan tujuan untuk mengusahakan kompleksitas sumber daya yang dimiliki ketiga negara anggota. Kerja sama di bidang berbagai jenis usaha itu diharapkan akan mendorong dan memperluas kerjasama bidang industri, pariwisata, pertanian, dan perdagangan antarpropinsi ditiga negara bertetangga tersebut. Aceh memiliki potensi sumber daya agrobisnis yang besar untuk industri seperti pala, nilam, kelapa sawit, karet, coklat, kopi termasuk sektor perikanan dan pertanian yang dapat dikembangkan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Sebenarnya industri agrobisnis tidak perlu besar. Yang penting kita bisa menghasilkan produk semi jadi. Jadi kita tidak terus-terusan menjual bahan mentah dengan harga yang sangat murah dan kemudian dijual lagi di sini dengan harga mahal," katanya. Sektor agro yang sudah direalisasikan dengan melakukan penananam komoditas sawit dan membangun pabrik CPO kelapa sawit oleh pihak swasta serta pabrik karet yang rencananya juga akan dibangun oleh investor Korea di Kabupaten Aceh Barat. "Yang diperlukan saat ini adalah infrastruktur dan listrik untuk mendukung dunia usaha di daerah ini," kata Muhammad Nazar.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008